Senin, 03 Oktober 2016

Pengertian Proposal

Proposal adalah suatu usulan kegiatan atau rencana yang diterangkan dalam bentuk rancangan kerja secara terperinci dan sistematis yang akan dilaksanakan atau dikerjakan (Irman, 2008:107). Proposal dibuat untuk mendapatkan dukungan atau persetujuan pihak lain. Tapi adakalanya proposal juga dibuat untuk memohon bantuan dana. Berdasarkan bentuknya proposal dapat digolongkan menjadi dua, yaitu proposal formal dan proposal semi formal (proposal sederhana).

a). Proposal Formal
Proposal formal disusun secara lengkap meliputi tiga bagian utama, yaitu:
  1. Bagian pelengkap pendahuluan, meliputi: sampul dan halaman judul, prakata, ikhtisar (abstrak), daftar isi, dan penegasan permohonan.
  2. Bagian isi proposal, meliputi: latar belakang masalah, ruang lingkup masalah, pembatasan masalah, asumsi dasar/kerangka teori, metodologi, fasilitas, personalia/kepanitiaan, keuntungan dan kerugian, waktu dan biaya.
  3. Bagian penutup, meliputi: daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar gambar/tabel.
b). Proposal Semiformal
Proposal semiformal terbagi menjadi dua jenis, yaitu: proposal kegiatan umum dan proposal kegiatan ilmiah sederhana.
  1. Proposal kegiatan umum ialah proposal yang berisi usulan atau rencana kegiatan yang bersifat umum, misalnya kegiatan bazar, bakti sosial, pesantren kilat, dan LDKS.
  2. Proposal kegiatan ilmiah sederhana atau proposal penelitian ilmiah sederhana adalah usulan kegiatan yang berisi rancangan kerja atau langkah-langkah untuk melakukan kegiatan ilmiah secara sederhana. Misalnya proposal pengamatan, proposal pengadaan diskusi ilmiah, proposal penelitian sederhana, dan proposal studi kepustakaan.
Sistematika proposal jenis ini lebih sederhana, meliputi:
  1. Nama kegiatan ilmiah (judul), merupakan cerminan dari keseluruhan isi proposal
  2. Latar belakang/dasar penelitian, berisi uraian mengenai alasan-alasan mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan
  3. Ruang lingkup masalah, memperlihatkan berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul
  4. Pembatasan masalah, penetapan lingkup permasalahan sesuai tujuan kegiatan
  5. Teknik/metode yang digunakan, menjelaskan teknik atau cara pengumpulan data dan informan dan cara menganalisis data
  6. Tujuan dan manfaat kegiatan, menjelaskan tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan
  7. Program kegiatan, menyajikan jadwal dan program pelaksanaan kegiatan
  8. Lokasi dan waktu kegiatan, menjelaskan tempat dan waktu kegiatan yang akan diselenggarakan
  9. Biaya kegiatan, menjelaskan perincian anggaran pemasukan dan pengeluaran dalam penyelenggaraan kegiatan
  10. Penutup, berisi penegasan permohonan persetujuan pihak berwewenang, harapan-harapan, dan ucapan terima kasih
Proposal merupakan jenis tulisan yang formal dan ilmiah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis proposal adalah sebagai berikut:
  1. Hendaknya menggunakan bahasa yang jelas dan tepat dengan gaya bahasa yang formal dan lugas
  2. Kejelasan dan ketepatan isi diwujudkan dengan menggunakan kata atau istilah yang jelas dan tepat
  3. Paragraf yang kohesif dan koheren
  4. Kalimat efektif tidak berbelit-belit serta ambigu
  5. Mengungkapkan alasan dan tujuan yang logis

Tanaman Jelutung

Tanaman Jelutung (Dyera spp,) yang merupakan tanaman khas lahan rawa ini masuk dalam divisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, famili Apocynaceae, genus Dyra dan termasuk dalam spesies Dyra costulata. Tanaman jelutung merupakan tanaman industri yang berkualitas ekspor dan pohon dwiguna, artinya pohon yang dapat menghasilkan dua jenis komoditas yaitu hasil utama getah (lateks) dan kayu. Tanaman jelutung termasuk tanaman jangka panjang dan apabila dikelola dengan baik maka tanaman jelutung bisa dijadikan sumber pendapatan keluarga secara turun temurun.

Tanaman jelutung memiliki tipe pohon yang sangat besar dan bahkan diameter batang mencapai 240 cm dan tinggi lebih dari 45 meter. Tipe batang lurus dan apabila tumbuh di alam percabangan akan dimulai pada ketinggian sekitar 30 cm. Di Indonesia tanaman jelutung menyebar di Sumatera (Jambi, Riau, Sumatera Utara) dan dikenal dengan nama abuwai, sedangkan di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah lebih dikenal dengan sebutan pantung. (Hamdani, 2004).

Jenis Tanaman Jelutung dan Produknya

Di Indonesia ada tiga jenis tanaman jelutung diantaranya, dua jenis hidup di lahan rawa warna batangnya putih dan hitam sedangkan satu jenis lainnya berwarna merah dan tumbuh di pegunungan (Bahtimi, 2009).

Ketiga-tiganya menghasilkan getah (latek) yang diekspor ke Singapura, Jepang, dan Hongkong. Getah jelutung dipergunakan sebagai bahan baku permen karet, industri perekat, vernis, ban, water proofing serta sebagai bahan isolator dan barang-barang kerajinan lainnya. Selain itu tanaman jelutung juga menghasilkan kayu. Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan rata, halus serta licin. Oleh sebab itu kayu jelutung bisa dipergunakan sebagai bahan pola sepatu, sebagai bahan baku pembuatan batang pensil dan sebagai bahan pembuatan papan dan peti. Kayu jelutung mudah diolah dalam berbagai bentuk. Namun karena kayunya lunak maka semua bagian kayu sangat rentan terhadap serangan jamur (Transtoto Handadhari, 2004).

Melihat sifat tumbuh serta multi fungsinya, maka tanaman jelutung akan sangat baik jika dikembangkan oleh masyarakat atau desa-desa yang berada di pinggiran hutan dan memiliki potensi lahan rawa yang sangat luas. Dengan demikian masyarakat bisa mendapatkan manfaat ekonomi secara berkelanjutan dan kesehatan lingkungan sebagai akibat tertutupnya lahan-lahan rawa yang terbuka.

Morfologi Tanaman
  • Akar tunggang merupakan ciri khas bagi semua jenis tanaman dikotil (biji belah) dan berkayu dan akar tersebut tumbuh menembus kedalam tanah.
  • Daun oval panjang dan tumbuh berdasarkan ruas batangnya. Daun tanaman jelutung berwarna, apabila sudah tua berwarna hijau sedangkan daun yang masih muda terlihat hijau kemerahan (pucuk). Daun jelutung memiliki tulang daun yang cukup jelas serta tulang jari-jari daun berposisi lurus.
  • Bunga biasanya keluar pada bulan Oktober dan bersamaan dengan munculnya daun muda (mucuk). Letak tangkai bunga berada di sela-sela tangkai daun dan masih dalam ruas yang sama.
  • Buah dalam satu tangkai berisi dua buah. Buah berbentuk polong dan dalam satu polong biasanya hanya berisi sekitar 15-20 biji saja. Buah berwarna coklat dan semakin tua buah akan secara perlahan menjadi coklat tua.
  • Batang berbentuk kerucut, artinya bagian pangkal besar dan semakin keatas semakin mengecil. Tanaman jelutung biasanya akan mengeluarkan cabang setelah menang bersaing dengan tanaman lain (apabila tanaman tumbuh liar di hutan) namun apabila dibudidayakan tanaman jelutung akan mengeluarkan cabang secara normal.
Mengapa Tanaman Jelutung Menjadi Pilihan ?
Karena tanaman jelutung berguna untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi lahan rawa yang telah rusak. Pertimbangan-pertimbangan dari para pelaku yang selama ini memberikan perhatian khusus terhadap potensi tanaman jelutung, diantaranya adalah :

Petani
Dari sudut pandang petani dapat diketahui bahwa tanaman jelutung selama ini telah memberikan manfaat bagi keluarganya. Berkaitan dengan hal tersebut petani/masyarakat mengakui bahwa:
  • Jelutung sangat familiar dengan masyarakat karena selama ini sudah melakukan perburuan terhadap getah jelutung sebagai sumber pendapatan keluarga
  • Masyarakat mengetahui pasti tempat-tempat hidup tanaman jelutung
  • Kegiatan penyadapan jelutung bisa sebagai kerja sampingan karena tidak setiap hari melakukan penyadapan
  • Pengelolaan hasil sadapan (getah) sangat mudah
  • Pemasaran getah sangat mudah dan harganya lumayan.
Peneliti
Pandangan peneliti tanaman jelutung dari berbagai aspek diantaranya: Aspek kesesuaian lahan, Martinus Kristiadi Harun, memberikan enam alasan sehubungan dengan pemilihan tanaman jelutung yaitu:
  • Kemampuan adaptasi jelutung pada lahan rawa sudah teruji baik pada lahan rawa yang selalu tergenang atau tergenang berkala
  • Jelutung memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat pada kondisi tiap 1,5-2,0 cm per tahun dan bila dilakukan pemeliharaan semi intensif 2,0-2,5 cm per tahun (Bastoni, 2001)
  • Jelutung dapat dibudidayakan dalam kondisi penyiapan lahan yang minimal, misalkan tanpa saluran irigasi dan lain sebagainya
  • Tanaman jelutung bisa memberikan hasil ganda yaitu getah dan kayu
  • Biaya budidaya relatif rendah
  • Masyarakat telah mengenal jelutung, baik pola budidaya maupun pengelolaan hasil mirip dengan tanaman karet.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Hutan Rawa/Gambut Sebagai Cagar Biosfer Dunia

Saat ini semua negara sangat memperhatikan keberadaan hutan, termasuk Indonesia. Kerusakan hutan diakibatkan oleh faktor alam sendiri maupun oleh ulah manusia. Keberadaan hutan memberikan banyak keuntungan bagi manusia. Menurut Whitmore, 1984, dalam Mudiarso, dkk, 2004, beberapa fungsi hutan diantaranya :

1). Penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen.

Kita semua tahu bahwa tumbuhan pada siang hari akan melakukan fotosintesis (proses memasak makanan) dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis dilakukan di daun. Akar tumbuhan akan mengambil sari makanan di tanah dan diolah di daun. Hasil dari proses fotosintesis ini akan menghasilkan oksigen. Oksigen sangat berguna bagi manusia dan hewan untuk bernafas.

Tumbuhan juga menyerap karbondioksida yang ada dialam, misalnya dari pembakaran yang tidak sempurna atau dari asap pembakaran mesin. Karbondioksida ini oleh tumbuhan akan diolah menjadi oksigen. Bayangkan bila tidak ada tumbuhan, maka karbondioksida akan menjadikan bumi ini semakin panas.

2). Melindungi tanah dan erosi

Erosi merupakan proses terpecahnya agregat (ikatan) tanah sehingga mengakibatkan butiran-butiran tanah dapat terlepas. Ada beberapa sebab terjadinya proses erosi ini, diantaranya oleh faktor hujan dan angin. Di Indonesia penyebab erosi terbesar adalah diakibatkan oleh air, baik oleh air hujan, aliran air, maupun gelombang.

Hujan yang turun memiliki energi/gaya untuk memecah ikatan tanah sehingga terlepas. Hal ini terjadi kalau tidak ada tanaman diatasnya. Apabila da tumbuhan, maka air hujan akan mengenai tumbuhan terlebih dahulu, sehingga energi hujan yang jatuh ke tanah tertahan oleh tumbuhan. Hal ini menyebabkan energi air hujan yang sampai ke tanah tidak terlalu besar sehingga tidak mampu memecah ikatan tanah, apalagi dibawah tumbuhan banyak seresah (sisa daun) yang menutupi tanah. Apabila tidak ada tumbuhan, air hujan akan langsung mengenai tanah dan air hujan tidak sempat meresap kedalam tanah, tapi langsung menjadi aliran permukaan dengan membawa tanah yang telah terlepas dari ikatan tanah tersebut. Dari aliran permukaan ini akan masuk ke sungai-sungai yang menyebabkan terjadinya sedimentasi/pendangkalan pada sungai. Pendangkalan sungai akibat erosi akan mempengaruhi perubahan ekosistem sungai, salah satu akibatnya adalah meluapnya sungai yang menyebabkan banjir.

Akar tumbuhan juga berfungsi untuk memperkuat ikatan tanah, sehingga akar berperan mencegah terjadinya erosi. Tanah yang tererosi merupakan tanah lapisan atas yang subur (lapisan humus). Apabila erosi ini tidak segera ditangani akan mengakibatkan tanah menjadi tandus. Apalagi di lahan-lahan yang memiliki tingkat kemiringan tinggi.

3). Penyedia air tanah

Sumber utama air tanah adalah dari air hujan. Air hujan akan masuk kedalam tanah yang didalamnya terdapat lapisan kedap air, sehingga air yang masuk kedalam tanah akan tertampung dan menjadi sumber air tanah. Seperti disampaikan didepan, bahwa hujan yang berlangsung ke tanah akan sulit menjadi sumber air tanah karena akan langsung menjadi aliran permukaan. Akan tetapi apabila hujan tersebut mengenai tumbuhan, energi air hujan sudah sangat berkurang sehingga sampai ke tanah memiliki kesempatan untuk meresap masuk kedalam tanah. Air tanah merupakan sumber air bersih bagi manusia.

4). Mengurangi pemanasan global (global warming)

Dalam bumi ini ada gas metan dan gas lain yang berbahaya apabila keluar dari bumi. Gas metan ini akan mengakibatkan terjadinya panas bumi (pemanasan global). Hutan memiliki peran penting dalam upaya mencegah gas metan ini keluar dari bumi. Sehingga pemanasan bumi dapat dicegah. Pemanasan bumi /pemanasan global akan mengakibatkan terjadinya perubahan musim dan juga mencairnya es yang berada dikutub utara maupun selatan yang mengakibatkan muka air akan naik, dimana Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap banjir.

Pemanasan global juga terjadi karena pengaruh matahari. Sinar matahari sangat berguna bagi kehidupan dibumi, akan tetapi apabila sinar matahari tersebut mencapai tanah secara langsung dapat menyebabkan ikatan tanah menjadi mudah terlepas dan rawan terjadi erosi bila terjadi hujan. Dampak lain adalah sinar matahari yang sampai ke tanah secara langsung akan dipantulkan lagi ke udara yang menyebabkan terjadinya tabrakan partikel-partikel sinar matahari yang datang dengan yang dipantulkan oleh tanah. Tabrakan partikel inilah yang juga menyebabkan terjadinya pemanasan atmosfer.

5). Tempat hidup satwa

Hutan merupakan tempat hidup berbagai macam tumbuhan dan hewan. Keberadaan mereka merupakan kesatuan ekosistem yang saling memiliki ketergantungan. Satwa yang ada dihutan memiliki peran penting dalam proses kesuburan tanah maupun persebaran berbagai jenis tanaman. Keanekaragaman hayati yang ada dihutan harus dipertahankan, sehingga tidak mengalami kepunahan.

Lahan Rawa Gambut

Pulau Kalimantan secara umum memiliki tipe wilayah berupa lahan/hutan rawa, baik rawa dangkal maupun rawa dalam. Luasan lahan/hutan rawa di Kalimantan tersebar dibeberapa propinsi seperti; Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai rawa seluas 191.022 ha (Bakhri, 1993 dalam Bahtimi, 2009) dan di Propinsi Kalimantan Tengah diperkirakan seluas 4 juta ha.

Kondisi lahan rawa yang ada saat ini sebagian besar telah mengalami kerusakan sebagai akibat dari penebangan kayu secara legal maupun ilegal, pembukaan lahan untuk perkebunan baik oleh pihak perusahaan maupun oleh masyarakat dan juga disebabkan oleh adanya kebakaran hutan baik disengaja maupun tidak disengaja. Lahan rawa yang telah terbuka pada umumnya dibiarkan merana dan terlantar.

Besarnya luasan lahan rawa yang terlantar seperti diatas disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat. Bahtimi, 2009 memaparkan faktor-faktor tersebut diantaranya :
  • Hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, biologi, dan tata air. Sifat kimia lahan yang menghambat antara lain yaitu, kemasaman dan kesuburan tanah yang rendah (miskin hara). Sifat fisika yang menghambat adalah adanya penyusutan ketebalan (subsidence) dan kondisi fisik lahan. Faktor tata air yang menghambat adalah adanya variasi genangan. Kendala biologis berupa tingginya serangan hama dan penyakit serta infeksi gulma.
  • Kendala sosial ekonomi didaerah rawa meliputi: a). Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan petani tentang pengelolaan lahan rawa, b). Terbatasnya tenaga dan modal petani yang menyebabkan timbulnya kesulitan dan lambatnya adopsi teknologi baru. Kelembagaan agribisnis seperti penyediaan sarana produksi, pengolahan pasca panen, pemasaran hasil, sistem informasi dan penyuluhan serta aksesibilitas lokasi masih terbatas dan belum berkembang serta berfungsi secara baik.
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik dilantai hutan. Bahan organik ini berasal dari sisa vegetasi/tumbuhan kurun waktu lama. Akumulasi/penimbunan ini terjadi karena lambatnya laju proses penguraian (dekomposisi) dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik. Apalagi lahan ini selalu basah/tergenang. Lahan gambut di Indonesia dibentuk oleh tumpukan sisa vegetasi/tumbuhan tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses penguraian yang terjadi maka, dirawa gambut masih dapat dijumpai sisa-sisa akar, batang, ranting yang masih belum bisa terurai (terdekomposisi) (Maltby & Immirizi, 1993 dalam Mudiyarso, 2004). Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan tempat hidup/habitat bagi spesies langka misalnya orang utan (Pongo pygmaeus) baik di Sumatera maupun Kalimantan, tempat berkembang biak ikan, cadangan air, dan keanekaragaman hayati yang tidak bisa dijumpai dihutan lainnya.

Perubahan iklim merupakan kondisi global/menyeluruh yang ditandai dengan perubahan suhu dan curah hujan (atau lebih dikenal dengan perubahan musim). Penyumbang/kontributor terbesar bagi terjadinya perubahan tersebut adalah gas-gas di atmosfer yang sering disebut gas rumah kaca (green house effect) seperti karbondioksida, metan, dan nitorus oksida yang konsentrasinya terus mengalami peningkatan. Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas tersebut meningkat di atmosfer (Maltby & Immirizi, 1993).

Tingginya peningkatan konsentrasi karbondioksida disebabkan oleh aktivitas manusia terutama perubahan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil (bahan bakar minyak) untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik dan aktivitas industri. Gas-gas yang berbahaya tersebut akan bisa tereduksi/berkurang oleh tumbuhan. Lahan gambut memiliki ciri hutan yang selalu hijau sehingga sangat efektif untuk menyerap gas-gas berbahaya yang ada di atmosfer. Gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai penjaga iklim global. Apabila gambut tersebut terbakar atau mengalami kerusakan, akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O, dan CH4 ke udara yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Pemanasan global inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang saat ini kita rasakan.


Begitu penting hutan bagi manusia, sehingga keberadaannya harus dipertahankan. Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk tetap melestarikan hutan dari kerusakan. Apabila hutan rusak, dampaknya juga akan menimpa manusia, bukan hanya masyarakat sekitar, tetapi secara menyeluruh akan terkena dampaknya.

Kamis, 29 September 2016

Pola Perkebunan

Pada awalnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dikelola perusahaan-perusahaan asing Belanda, Inggris, Belgia, dan sebagainya. Pada tahun 1958 semua perusahaan Belanda telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Saat itu pola perkebunan hanya berbentuk perusahaan inti saja dan belum ada pola kemitraan anak angkat/bapak angkat.

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 di Indonesia sedang terjadi pergeseran berbagai nilai dalam kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan baik dibidang pertanian, perkebunan, maupun industri. Pada dasarnya, pemerintah menginginkan agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan besar dengan perusahaan rakyat.

Di bidang pertanian/perikanan dikenal dengan pola perusahaan inti rakyat (PIR) seperti PIR persusunan, PIR perunggasan, PIR nelayan ikan tuna/cakalang, dan sebagainya. Di bidang perkebunan sejak tahun 1977 dikenal dengan pola PIR perkebunan (PIR-BUN) antara perusahaan besar (BUMN atau swasta) dengan perusahaan rakyat. Semua pola tersebut memiliki dasar yang sama yaitu pola kemitraan anak angkat dengan bapak angkat. Perusahaan besar sebagai inti dan perusahaan rakyat sebagai plasma. Pola PIR perkebunan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1977 atas prakarsa bank dunia berdasarkan pengalaman FELDA di Malaysia telah berkembang menjadi pola Nucleus Estate Small Holder (NES) di Tebenan Sumatera Selatan dan di Alue Merah Aceh (Ahmad, 1998). Pola seperti ini telah berkembang begitu cepat menjadi pola PIR-BUN yang bergerak hampir ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dan pola NES berkembang menjadi pola PIR Transmigrasi dan sebagainya.

Dengan demikian, tujuan perusahaan bukanlah sekedar mencari laba, tapi untuk menciptakan pelanggan serta berorientasi dengan pasar dan pembaharuan. Laba bukanlah suatu sebab, melainkan suatu akibat dari karya perusahaan didalam pemasaran, pembaruan, dan produktivitas. Produktivitas hanyalah suatu kebutuhan dan juga pembatasan. Perusahaan adalah organ khusus dari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan (Drucker, 1974).

Adapun sasaran perusahaan adalah mengejar efisiensi dan efektivitas untuk mencapai produktivitas yang optimum agar stable growth perusahaan semakin mantap dan kelangsungan hidup perusahaan semakin terjamin.

Fungsi Pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa.
Fungsu pendidikan lainnya adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai.

Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Kita mengenal adanya tuntutan zaman silam, zaman kini, dan zaman yang akan datang. Sementara kurun yang akan datang terbagi pula dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Tuntutan zaman, sebagai refleksi peradaban, termasuk didalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan wilayah sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan individu (dalam memenuhi kebutuhan individualnya) untuk dapat beradaptasi/menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai wilayah tertentu (nasional, regional maupun global) yang senantiasa berubah.
Manusia yang dapat bertahan dengan berbagai tuntutan tersebut adalah manusia yang adaptif, berkemampuan tinggi untuk menghadapi berbagai perubahan yang terus-menerus.

Model pendidikan (dalam lingkup makro disebut sebagai sistem pendidikan) yang relevan adalah model pendidikan yang menghasilkan manusia yang dapat menyesuaikan diri/memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, ada relevansi yang bersifat lokal, nasional, regional ataupun global. Dikaitkan dengan dimensi waktu maka ada relevansi jangka pendek, dan relevansi jangka panjang, yang sekaligus dapat dikaitkan dengan leverage atau lingkup kewilayahan tersebut.

Diantara tuntutan zaman yang sangat besar pengaruhnya, dan harus direspons secara baik oleh sistem pendidikan adalah perkembangan ekonomi dan teknologi. Perkembangan ini menuntut kemampuan dan keahlian tertentu sesuai dengan lingkup wilayahnya.

Pendidikan yang relevan dalam jangka pendek akan ketinggalan zaman untuk jangka panjang. Demikian pula yang relevan secara lokal, berpeluang tidak cocok dengan kebutuhan nasional. Jadi, yang relevan secara nasional belum tentu relevan dalam kompetisi global.

Disamping menciptakan relevansi secara lateral/horizontal terhadap tuntutan lingkungan, pendidikan juga mengemban misi mempertinggi peradaban. Oleh karena itu, pendidikan juga harus mengupayakan relevansi secara vertikal untuk menjamin peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh peradaban secara timbal balik. Salah satu indikator peradaban adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut.

Sementara itu, pendidikan juga mengemban relevansi lainnya, yaitu misi/kepentingan bersama baik dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai bangsa, dalam bentuk nilai-nilai kebersamaan, serta kesepakatan-kesepakatan atas pranata sosial. Disinilah peranan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan nilai, baik yang berdimensi individual maupun sosial bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama yang sekaligus menyiapkan masa depan, bukan hanya didunia, tetapi juga untuk akhirat