Senin, 03 Oktober 2016

Pengertian Proposal

Proposal adalah suatu usulan kegiatan atau rencana yang diterangkan dalam bentuk rancangan kerja secara terperinci dan sistematis yang akan dilaksanakan atau dikerjakan (Irman, 2008:107). Proposal dibuat untuk mendapatkan dukungan atau persetujuan pihak lain. Tapi adakalanya proposal juga dibuat untuk memohon bantuan dana. Berdasarkan bentuknya proposal dapat digolongkan menjadi dua, yaitu proposal formal dan proposal semi formal (proposal sederhana).

a). Proposal Formal
Proposal formal disusun secara lengkap meliputi tiga bagian utama, yaitu:
  1. Bagian pelengkap pendahuluan, meliputi: sampul dan halaman judul, prakata, ikhtisar (abstrak), daftar isi, dan penegasan permohonan.
  2. Bagian isi proposal, meliputi: latar belakang masalah, ruang lingkup masalah, pembatasan masalah, asumsi dasar/kerangka teori, metodologi, fasilitas, personalia/kepanitiaan, keuntungan dan kerugian, waktu dan biaya.
  3. Bagian penutup, meliputi: daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar gambar/tabel.
b). Proposal Semiformal
Proposal semiformal terbagi menjadi dua jenis, yaitu: proposal kegiatan umum dan proposal kegiatan ilmiah sederhana.
  1. Proposal kegiatan umum ialah proposal yang berisi usulan atau rencana kegiatan yang bersifat umum, misalnya kegiatan bazar, bakti sosial, pesantren kilat, dan LDKS.
  2. Proposal kegiatan ilmiah sederhana atau proposal penelitian ilmiah sederhana adalah usulan kegiatan yang berisi rancangan kerja atau langkah-langkah untuk melakukan kegiatan ilmiah secara sederhana. Misalnya proposal pengamatan, proposal pengadaan diskusi ilmiah, proposal penelitian sederhana, dan proposal studi kepustakaan.
Sistematika proposal jenis ini lebih sederhana, meliputi:
  1. Nama kegiatan ilmiah (judul), merupakan cerminan dari keseluruhan isi proposal
  2. Latar belakang/dasar penelitian, berisi uraian mengenai alasan-alasan mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan
  3. Ruang lingkup masalah, memperlihatkan berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul
  4. Pembatasan masalah, penetapan lingkup permasalahan sesuai tujuan kegiatan
  5. Teknik/metode yang digunakan, menjelaskan teknik atau cara pengumpulan data dan informan dan cara menganalisis data
  6. Tujuan dan manfaat kegiatan, menjelaskan tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan
  7. Program kegiatan, menyajikan jadwal dan program pelaksanaan kegiatan
  8. Lokasi dan waktu kegiatan, menjelaskan tempat dan waktu kegiatan yang akan diselenggarakan
  9. Biaya kegiatan, menjelaskan perincian anggaran pemasukan dan pengeluaran dalam penyelenggaraan kegiatan
  10. Penutup, berisi penegasan permohonan persetujuan pihak berwewenang, harapan-harapan, dan ucapan terima kasih
Proposal merupakan jenis tulisan yang formal dan ilmiah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis proposal adalah sebagai berikut:
  1. Hendaknya menggunakan bahasa yang jelas dan tepat dengan gaya bahasa yang formal dan lugas
  2. Kejelasan dan ketepatan isi diwujudkan dengan menggunakan kata atau istilah yang jelas dan tepat
  3. Paragraf yang kohesif dan koheren
  4. Kalimat efektif tidak berbelit-belit serta ambigu
  5. Mengungkapkan alasan dan tujuan yang logis

Tanaman Jelutung

Tanaman Jelutung (Dyera spp,) yang merupakan tanaman khas lahan rawa ini masuk dalam divisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, famili Apocynaceae, genus Dyra dan termasuk dalam spesies Dyra costulata. Tanaman jelutung merupakan tanaman industri yang berkualitas ekspor dan pohon dwiguna, artinya pohon yang dapat menghasilkan dua jenis komoditas yaitu hasil utama getah (lateks) dan kayu. Tanaman jelutung termasuk tanaman jangka panjang dan apabila dikelola dengan baik maka tanaman jelutung bisa dijadikan sumber pendapatan keluarga secara turun temurun.

Tanaman jelutung memiliki tipe pohon yang sangat besar dan bahkan diameter batang mencapai 240 cm dan tinggi lebih dari 45 meter. Tipe batang lurus dan apabila tumbuh di alam percabangan akan dimulai pada ketinggian sekitar 30 cm. Di Indonesia tanaman jelutung menyebar di Sumatera (Jambi, Riau, Sumatera Utara) dan dikenal dengan nama abuwai, sedangkan di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah lebih dikenal dengan sebutan pantung. (Hamdani, 2004).

Jenis Tanaman Jelutung dan Produknya

Di Indonesia ada tiga jenis tanaman jelutung diantaranya, dua jenis hidup di lahan rawa warna batangnya putih dan hitam sedangkan satu jenis lainnya berwarna merah dan tumbuh di pegunungan (Bahtimi, 2009).

Ketiga-tiganya menghasilkan getah (latek) yang diekspor ke Singapura, Jepang, dan Hongkong. Getah jelutung dipergunakan sebagai bahan baku permen karet, industri perekat, vernis, ban, water proofing serta sebagai bahan isolator dan barang-barang kerajinan lainnya. Selain itu tanaman jelutung juga menghasilkan kayu. Kayu jelutung bersifat lunak dan berwarna putih dengan tekstur permukaan rata, halus serta licin. Oleh sebab itu kayu jelutung bisa dipergunakan sebagai bahan pola sepatu, sebagai bahan baku pembuatan batang pensil dan sebagai bahan pembuatan papan dan peti. Kayu jelutung mudah diolah dalam berbagai bentuk. Namun karena kayunya lunak maka semua bagian kayu sangat rentan terhadap serangan jamur (Transtoto Handadhari, 2004).

Melihat sifat tumbuh serta multi fungsinya, maka tanaman jelutung akan sangat baik jika dikembangkan oleh masyarakat atau desa-desa yang berada di pinggiran hutan dan memiliki potensi lahan rawa yang sangat luas. Dengan demikian masyarakat bisa mendapatkan manfaat ekonomi secara berkelanjutan dan kesehatan lingkungan sebagai akibat tertutupnya lahan-lahan rawa yang terbuka.

Morfologi Tanaman
  • Akar tunggang merupakan ciri khas bagi semua jenis tanaman dikotil (biji belah) dan berkayu dan akar tersebut tumbuh menembus kedalam tanah.
  • Daun oval panjang dan tumbuh berdasarkan ruas batangnya. Daun tanaman jelutung berwarna, apabila sudah tua berwarna hijau sedangkan daun yang masih muda terlihat hijau kemerahan (pucuk). Daun jelutung memiliki tulang daun yang cukup jelas serta tulang jari-jari daun berposisi lurus.
  • Bunga biasanya keluar pada bulan Oktober dan bersamaan dengan munculnya daun muda (mucuk). Letak tangkai bunga berada di sela-sela tangkai daun dan masih dalam ruas yang sama.
  • Buah dalam satu tangkai berisi dua buah. Buah berbentuk polong dan dalam satu polong biasanya hanya berisi sekitar 15-20 biji saja. Buah berwarna coklat dan semakin tua buah akan secara perlahan menjadi coklat tua.
  • Batang berbentuk kerucut, artinya bagian pangkal besar dan semakin keatas semakin mengecil. Tanaman jelutung biasanya akan mengeluarkan cabang setelah menang bersaing dengan tanaman lain (apabila tanaman tumbuh liar di hutan) namun apabila dibudidayakan tanaman jelutung akan mengeluarkan cabang secara normal.
Mengapa Tanaman Jelutung Menjadi Pilihan ?
Karena tanaman jelutung berguna untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi lahan rawa yang telah rusak. Pertimbangan-pertimbangan dari para pelaku yang selama ini memberikan perhatian khusus terhadap potensi tanaman jelutung, diantaranya adalah :

Petani
Dari sudut pandang petani dapat diketahui bahwa tanaman jelutung selama ini telah memberikan manfaat bagi keluarganya. Berkaitan dengan hal tersebut petani/masyarakat mengakui bahwa:
  • Jelutung sangat familiar dengan masyarakat karena selama ini sudah melakukan perburuan terhadap getah jelutung sebagai sumber pendapatan keluarga
  • Masyarakat mengetahui pasti tempat-tempat hidup tanaman jelutung
  • Kegiatan penyadapan jelutung bisa sebagai kerja sampingan karena tidak setiap hari melakukan penyadapan
  • Pengelolaan hasil sadapan (getah) sangat mudah
  • Pemasaran getah sangat mudah dan harganya lumayan.
Peneliti
Pandangan peneliti tanaman jelutung dari berbagai aspek diantaranya: Aspek kesesuaian lahan, Martinus Kristiadi Harun, memberikan enam alasan sehubungan dengan pemilihan tanaman jelutung yaitu:
  • Kemampuan adaptasi jelutung pada lahan rawa sudah teruji baik pada lahan rawa yang selalu tergenang atau tergenang berkala
  • Jelutung memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat pada kondisi tiap 1,5-2,0 cm per tahun dan bila dilakukan pemeliharaan semi intensif 2,0-2,5 cm per tahun (Bastoni, 2001)
  • Jelutung dapat dibudidayakan dalam kondisi penyiapan lahan yang minimal, misalkan tanpa saluran irigasi dan lain sebagainya
  • Tanaman jelutung bisa memberikan hasil ganda yaitu getah dan kayu
  • Biaya budidaya relatif rendah
  • Masyarakat telah mengenal jelutung, baik pola budidaya maupun pengelolaan hasil mirip dengan tanaman karet.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Hutan Rawa/Gambut Sebagai Cagar Biosfer Dunia

Saat ini semua negara sangat memperhatikan keberadaan hutan, termasuk Indonesia. Kerusakan hutan diakibatkan oleh faktor alam sendiri maupun oleh ulah manusia. Keberadaan hutan memberikan banyak keuntungan bagi manusia. Menurut Whitmore, 1984, dalam Mudiarso, dkk, 2004, beberapa fungsi hutan diantaranya :

1). Penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen.

Kita semua tahu bahwa tumbuhan pada siang hari akan melakukan fotosintesis (proses memasak makanan) dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis dilakukan di daun. Akar tumbuhan akan mengambil sari makanan di tanah dan diolah di daun. Hasil dari proses fotosintesis ini akan menghasilkan oksigen. Oksigen sangat berguna bagi manusia dan hewan untuk bernafas.

Tumbuhan juga menyerap karbondioksida yang ada dialam, misalnya dari pembakaran yang tidak sempurna atau dari asap pembakaran mesin. Karbondioksida ini oleh tumbuhan akan diolah menjadi oksigen. Bayangkan bila tidak ada tumbuhan, maka karbondioksida akan menjadikan bumi ini semakin panas.

2). Melindungi tanah dan erosi

Erosi merupakan proses terpecahnya agregat (ikatan) tanah sehingga mengakibatkan butiran-butiran tanah dapat terlepas. Ada beberapa sebab terjadinya proses erosi ini, diantaranya oleh faktor hujan dan angin. Di Indonesia penyebab erosi terbesar adalah diakibatkan oleh air, baik oleh air hujan, aliran air, maupun gelombang.

Hujan yang turun memiliki energi/gaya untuk memecah ikatan tanah sehingga terlepas. Hal ini terjadi kalau tidak ada tanaman diatasnya. Apabila da tumbuhan, maka air hujan akan mengenai tumbuhan terlebih dahulu, sehingga energi hujan yang jatuh ke tanah tertahan oleh tumbuhan. Hal ini menyebabkan energi air hujan yang sampai ke tanah tidak terlalu besar sehingga tidak mampu memecah ikatan tanah, apalagi dibawah tumbuhan banyak seresah (sisa daun) yang menutupi tanah. Apabila tidak ada tumbuhan, air hujan akan langsung mengenai tanah dan air hujan tidak sempat meresap kedalam tanah, tapi langsung menjadi aliran permukaan dengan membawa tanah yang telah terlepas dari ikatan tanah tersebut. Dari aliran permukaan ini akan masuk ke sungai-sungai yang menyebabkan terjadinya sedimentasi/pendangkalan pada sungai. Pendangkalan sungai akibat erosi akan mempengaruhi perubahan ekosistem sungai, salah satu akibatnya adalah meluapnya sungai yang menyebabkan banjir.

Akar tumbuhan juga berfungsi untuk memperkuat ikatan tanah, sehingga akar berperan mencegah terjadinya erosi. Tanah yang tererosi merupakan tanah lapisan atas yang subur (lapisan humus). Apabila erosi ini tidak segera ditangani akan mengakibatkan tanah menjadi tandus. Apalagi di lahan-lahan yang memiliki tingkat kemiringan tinggi.

3). Penyedia air tanah

Sumber utama air tanah adalah dari air hujan. Air hujan akan masuk kedalam tanah yang didalamnya terdapat lapisan kedap air, sehingga air yang masuk kedalam tanah akan tertampung dan menjadi sumber air tanah. Seperti disampaikan didepan, bahwa hujan yang berlangsung ke tanah akan sulit menjadi sumber air tanah karena akan langsung menjadi aliran permukaan. Akan tetapi apabila hujan tersebut mengenai tumbuhan, energi air hujan sudah sangat berkurang sehingga sampai ke tanah memiliki kesempatan untuk meresap masuk kedalam tanah. Air tanah merupakan sumber air bersih bagi manusia.

4). Mengurangi pemanasan global (global warming)

Dalam bumi ini ada gas metan dan gas lain yang berbahaya apabila keluar dari bumi. Gas metan ini akan mengakibatkan terjadinya panas bumi (pemanasan global). Hutan memiliki peran penting dalam upaya mencegah gas metan ini keluar dari bumi. Sehingga pemanasan bumi dapat dicegah. Pemanasan bumi /pemanasan global akan mengakibatkan terjadinya perubahan musim dan juga mencairnya es yang berada dikutub utara maupun selatan yang mengakibatkan muka air akan naik, dimana Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap banjir.

Pemanasan global juga terjadi karena pengaruh matahari. Sinar matahari sangat berguna bagi kehidupan dibumi, akan tetapi apabila sinar matahari tersebut mencapai tanah secara langsung dapat menyebabkan ikatan tanah menjadi mudah terlepas dan rawan terjadi erosi bila terjadi hujan. Dampak lain adalah sinar matahari yang sampai ke tanah secara langsung akan dipantulkan lagi ke udara yang menyebabkan terjadinya tabrakan partikel-partikel sinar matahari yang datang dengan yang dipantulkan oleh tanah. Tabrakan partikel inilah yang juga menyebabkan terjadinya pemanasan atmosfer.

5). Tempat hidup satwa

Hutan merupakan tempat hidup berbagai macam tumbuhan dan hewan. Keberadaan mereka merupakan kesatuan ekosistem yang saling memiliki ketergantungan. Satwa yang ada dihutan memiliki peran penting dalam proses kesuburan tanah maupun persebaran berbagai jenis tanaman. Keanekaragaman hayati yang ada dihutan harus dipertahankan, sehingga tidak mengalami kepunahan.

Lahan Rawa Gambut

Pulau Kalimantan secara umum memiliki tipe wilayah berupa lahan/hutan rawa, baik rawa dangkal maupun rawa dalam. Luasan lahan/hutan rawa di Kalimantan tersebar dibeberapa propinsi seperti; Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai rawa seluas 191.022 ha (Bakhri, 1993 dalam Bahtimi, 2009) dan di Propinsi Kalimantan Tengah diperkirakan seluas 4 juta ha.

Kondisi lahan rawa yang ada saat ini sebagian besar telah mengalami kerusakan sebagai akibat dari penebangan kayu secara legal maupun ilegal, pembukaan lahan untuk perkebunan baik oleh pihak perusahaan maupun oleh masyarakat dan juga disebabkan oleh adanya kebakaran hutan baik disengaja maupun tidak disengaja. Lahan rawa yang telah terbuka pada umumnya dibiarkan merana dan terlantar.

Besarnya luasan lahan rawa yang terlantar seperti diatas disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat. Bahtimi, 2009 memaparkan faktor-faktor tersebut diantaranya :
  • Hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, biologi, dan tata air. Sifat kimia lahan yang menghambat antara lain yaitu, kemasaman dan kesuburan tanah yang rendah (miskin hara). Sifat fisika yang menghambat adalah adanya penyusutan ketebalan (subsidence) dan kondisi fisik lahan. Faktor tata air yang menghambat adalah adanya variasi genangan. Kendala biologis berupa tingginya serangan hama dan penyakit serta infeksi gulma.
  • Kendala sosial ekonomi didaerah rawa meliputi: a). Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan petani tentang pengelolaan lahan rawa, b). Terbatasnya tenaga dan modal petani yang menyebabkan timbulnya kesulitan dan lambatnya adopsi teknologi baru. Kelembagaan agribisnis seperti penyediaan sarana produksi, pengolahan pasca panen, pemasaran hasil, sistem informasi dan penyuluhan serta aksesibilitas lokasi masih terbatas dan belum berkembang serta berfungsi secara baik.
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik dilantai hutan. Bahan organik ini berasal dari sisa vegetasi/tumbuhan kurun waktu lama. Akumulasi/penimbunan ini terjadi karena lambatnya laju proses penguraian (dekomposisi) dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik. Apalagi lahan ini selalu basah/tergenang. Lahan gambut di Indonesia dibentuk oleh tumpukan sisa vegetasi/tumbuhan tropis yang kaya akan kandungan lignin dan nitrogen. Karena lambatnya proses penguraian yang terjadi maka, dirawa gambut masih dapat dijumpai sisa-sisa akar, batang, ranting yang masih belum bisa terurai (terdekomposisi) (Maltby & Immirizi, 1993 dalam Mudiyarso, 2004). Secara ekologis, hutan rawa gambut merupakan tempat hidup/habitat bagi spesies langka misalnya orang utan (Pongo pygmaeus) baik di Sumatera maupun Kalimantan, tempat berkembang biak ikan, cadangan air, dan keanekaragaman hayati yang tidak bisa dijumpai dihutan lainnya.

Perubahan iklim merupakan kondisi global/menyeluruh yang ditandai dengan perubahan suhu dan curah hujan (atau lebih dikenal dengan perubahan musim). Penyumbang/kontributor terbesar bagi terjadinya perubahan tersebut adalah gas-gas di atmosfer yang sering disebut gas rumah kaca (green house effect) seperti karbondioksida, metan, dan nitorus oksida yang konsentrasinya terus mengalami peningkatan. Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas tersebut meningkat di atmosfer (Maltby & Immirizi, 1993).

Tingginya peningkatan konsentrasi karbondioksida disebabkan oleh aktivitas manusia terutama perubahan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil (bahan bakar minyak) untuk transportasi, pembangkit tenaga listrik dan aktivitas industri. Gas-gas yang berbahaya tersebut akan bisa tereduksi/berkurang oleh tumbuhan. Lahan gambut memiliki ciri hutan yang selalu hijau sehingga sangat efektif untuk menyerap gas-gas berbahaya yang ada di atmosfer. Gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai penjaga iklim global. Apabila gambut tersebut terbakar atau mengalami kerusakan, akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O, dan CH4 ke udara yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Pemanasan global inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang saat ini kita rasakan.


Begitu penting hutan bagi manusia, sehingga keberadaannya harus dipertahankan. Berbagai kegiatan dapat dilakukan untuk tetap melestarikan hutan dari kerusakan. Apabila hutan rusak, dampaknya juga akan menimpa manusia, bukan hanya masyarakat sekitar, tetapi secara menyeluruh akan terkena dampaknya.

Kamis, 29 September 2016

Pola Perkebunan

Pada awalnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dikelola perusahaan-perusahaan asing Belanda, Inggris, Belgia, dan sebagainya. Pada tahun 1958 semua perusahaan Belanda telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Saat itu pola perkebunan hanya berbentuk perusahaan inti saja dan belum ada pola kemitraan anak angkat/bapak angkat.

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 di Indonesia sedang terjadi pergeseran berbagai nilai dalam kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan baik dibidang pertanian, perkebunan, maupun industri. Pada dasarnya, pemerintah menginginkan agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan besar dengan perusahaan rakyat.

Di bidang pertanian/perikanan dikenal dengan pola perusahaan inti rakyat (PIR) seperti PIR persusunan, PIR perunggasan, PIR nelayan ikan tuna/cakalang, dan sebagainya. Di bidang perkebunan sejak tahun 1977 dikenal dengan pola PIR perkebunan (PIR-BUN) antara perusahaan besar (BUMN atau swasta) dengan perusahaan rakyat. Semua pola tersebut memiliki dasar yang sama yaitu pola kemitraan anak angkat dengan bapak angkat. Perusahaan besar sebagai inti dan perusahaan rakyat sebagai plasma. Pola PIR perkebunan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1977 atas prakarsa bank dunia berdasarkan pengalaman FELDA di Malaysia telah berkembang menjadi pola Nucleus Estate Small Holder (NES) di Tebenan Sumatera Selatan dan di Alue Merah Aceh (Ahmad, 1998). Pola seperti ini telah berkembang begitu cepat menjadi pola PIR-BUN yang bergerak hampir ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dan pola NES berkembang menjadi pola PIR Transmigrasi dan sebagainya.

Dengan demikian, tujuan perusahaan bukanlah sekedar mencari laba, tapi untuk menciptakan pelanggan serta berorientasi dengan pasar dan pembaharuan. Laba bukanlah suatu sebab, melainkan suatu akibat dari karya perusahaan didalam pemasaran, pembaruan, dan produktivitas. Produktivitas hanyalah suatu kebutuhan dan juga pembatasan. Perusahaan adalah organ khusus dari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan (Drucker, 1974).

Adapun sasaran perusahaan adalah mengejar efisiensi dan efektivitas untuk mencapai produktivitas yang optimum agar stable growth perusahaan semakin mantap dan kelangsungan hidup perusahaan semakin terjamin.

Fungsi Pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa.
Fungsu pendidikan lainnya adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai.

Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Kita mengenal adanya tuntutan zaman silam, zaman kini, dan zaman yang akan datang. Sementara kurun yang akan datang terbagi pula dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Tuntutan zaman, sebagai refleksi peradaban, termasuk didalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan wilayah sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan individu (dalam memenuhi kebutuhan individualnya) untuk dapat beradaptasi/menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai wilayah tertentu (nasional, regional maupun global) yang senantiasa berubah.
Manusia yang dapat bertahan dengan berbagai tuntutan tersebut adalah manusia yang adaptif, berkemampuan tinggi untuk menghadapi berbagai perubahan yang terus-menerus.

Model pendidikan (dalam lingkup makro disebut sebagai sistem pendidikan) yang relevan adalah model pendidikan yang menghasilkan manusia yang dapat menyesuaikan diri/memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, ada relevansi yang bersifat lokal, nasional, regional ataupun global. Dikaitkan dengan dimensi waktu maka ada relevansi jangka pendek, dan relevansi jangka panjang, yang sekaligus dapat dikaitkan dengan leverage atau lingkup kewilayahan tersebut.

Diantara tuntutan zaman yang sangat besar pengaruhnya, dan harus direspons secara baik oleh sistem pendidikan adalah perkembangan ekonomi dan teknologi. Perkembangan ini menuntut kemampuan dan keahlian tertentu sesuai dengan lingkup wilayahnya.

Pendidikan yang relevan dalam jangka pendek akan ketinggalan zaman untuk jangka panjang. Demikian pula yang relevan secara lokal, berpeluang tidak cocok dengan kebutuhan nasional. Jadi, yang relevan secara nasional belum tentu relevan dalam kompetisi global.

Disamping menciptakan relevansi secara lateral/horizontal terhadap tuntutan lingkungan, pendidikan juga mengemban misi mempertinggi peradaban. Oleh karena itu, pendidikan juga harus mengupayakan relevansi secara vertikal untuk menjamin peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh peradaban secara timbal balik. Salah satu indikator peradaban adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut.

Sementara itu, pendidikan juga mengemban relevansi lainnya, yaitu misi/kepentingan bersama baik dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai bangsa, dalam bentuk nilai-nilai kebersamaan, serta kesepakatan-kesepakatan atas pranata sosial. Disinilah peranan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan nilai, baik yang berdimensi individual maupun sosial bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama yang sekaligus menyiapkan masa depan, bukan hanya didunia, tetapi juga untuk akhirat

Tujuan Pembangunan Pertanian

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dijelaskan bahwa pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Maju, efisien, dan tangguh dalam ekonomi pertanian mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu, bagi sektor pertanian sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transpor, perdagangan, dan keuangan/perkreditan.

Selanjutnya pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak, dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor. Untuk itu semua dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha difersifikasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi, serta rehabilitasi tanah-tanah kritis.

GBHN ini menggambarkan situasi dan kondisi pertanian Indonesia menjelang berakhirnya Pelita IV. Pelita V (1989-1994) merupakan tahap yang diistilahkan sebagai “pemantapan landasan menuju tinggal landas”, sedangkan tinggal landas dipahami sebagai tahap dimana pembangunan akan bisa berjalan atas dasar kekuatan dan kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan pada kekuatan-kekuatan dari luar.

Kepercayaan bangsa Indonesia untuk bisa membangun atas kekuatan sendiri semakin kuat setelah berhasil mencapai tingkat swasembada beras pada tahun 1985. Pada tahun itu produksi beras mencapai 26,5 juta ton yang berarti dengan jumlah penduduk 164 juta, persediaan beras per kapita mencapai sebesar 162 kg suatu jumlah yang sangat tinggi. Impor sama sekali dihentikan pada tahun 1985 dan ingin dipertahankan untuk seterusnya. Kemampuan Indonesia mencapai tingkat swasembada setelah berusaha selama 15 tahun telah lebih meningkatkan kepercayaan diri bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan pertanian, dan pembangunan bidang-bidang lain.

Sukses dalam upaya peningkatan produksi beras merupakan hasil program BIMAS yang dilaksanakan secara terpadu, konsisten, dan terus menerus, dibawah koordinasi Departemen Pertanian. Program Bimas telah mengerahkan potensi nasional dalam lahan sawah andalan di Jawa dan luar Jawa, disertai subsidi atas harga sarana produksi khususnya pupuk, penyediaan air irigasi yang relatif melimpah dan penetapan harga dasar yang cukup merangsang. Harga dasar dinaikkan setiap tahun pada bulan Februari dan diumumkan menjelang musim tanah pada bulan Oktober-November tahun sebelumnya.

Melalui berbagai upaya tersebut, produksi padi meningkat 4,9% pertahun antara 1969-1985, lebih tinggi dibanding kenaikan konsumsi yang diperkirakan sebesar 3,0-3,5%. Maka terjadilah akumulasi kelebihan produksi yang mengurangi kebutuhan akan impor beras, sehingga tercapai swasembada.

Tetapi sukses dibidang program Bimas juga memerlukan biaya ekonomi yang tidak kecil. Pertama, berkurangnya perhatian terhadap komoditi pangan lain dan juga terhadap komoditi perkebunan. Semua tanaman pangan meningkat dengan laju dibawah kenaikan produksi beras.

Kenaikan produksi yang lebih di Jawa dibandingkan dengan luar Jawa merupakan fenomena yang menarik. Lahan sawah andalan untuk tanaman padi 54% ada di Jawa, dan hanya 46% di seluruh pulau-pulau lain di luar Jawa, padahal luas wilayah Jawa hanya 6,5% dari seluruh wilayah Indonesia. Ini berarti pulau Jawa yang dihuni sekitar 65% dari seluruh penduduk Indonesia memang mendapat beban menghsilkan beras bagi hampir seluruh penduduknya. Pada tahun 1985, pada saat produksi beras mencapai 26,5 juta ton, 62%-nya dihasilkan oleh Pulau Jawa. Intensitas tanaman padi yang amat tinggi memang hanya mungkin dilakukan dilahan sawah berpengairan baik yaitu melalui pertanaman ganda (multiple cropping). Di Jawa lahan basah merupakan 94% dari keseluruhan tanaman padi yang menyumbang 97% dari produksi total, yang berarti lahan kering hanya menyumbang 3% dari seluruh produksi padi.

Sementara itu, kebijaksanaan pembangunan pertanian yang ditekankan pada peningkatan produksi beras telah menimbulkan dampak negatif bagi produsen padi, karena semakin melimpahnya produksi berakibat menurunnya nilai (dasar) tukar beras dengan harga-harga barang konsumsi yang dibeli petani dan juga harga sarana produksi. Penurunan nilai tukar ini pasti lebih deras lagi apabila tidak ditetapkan harga dasar oleh pemerintah.

Pada saat produksi beras mulai mendekati tingkat swasembada, penurunan nilai tukar ini semakin terlihat jelas. Selama periode 1976-1986 nilai tukar beras dan harga barang-barang yang dibeli petani turun 27% sedangkan nilai tukarnya dengan harga sarana produksi turun 15%.

Ini berarti keberhasilan dalam produksi beras ternyata tidak selalu diikuti peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani padi. Indikator lain yang menunjukkan hal yang sama adalah perbandingan kenaikan upah buruh dalam pertanian pangan padi, perkebunan, serta sektor-sektor bangunan dan industri manufaktur. Selama periode 1977-1983 upah buruh dalam pertanian padi naik sedikit sekali yaitu 2,7% pertahun, sedangkan sektor-sektor bangunan dan manufaktur naik masing-masing 4,6% dan 4,5%, dan sektor perkebunan paling tinggi, yaitu 12,7% per tahun.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan kita mencapai swasembada beras yang besar sekali sumbangannya bagi kemantapan pembangunan nasional, yang dibarengi oleh penurunan dasar tukar hasil padi, berarti, keberhasilan dan kemantapan pembangunan nasional telah dicapai untuk sebagian atas pengorbanan petani padi. Dari segi lain bisa dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian pangan telah berhasil “memantapkan” pembangunan sektor-sektor lain secara cukup meyakinkan. Bahwa tidak berlebihan bila dikatakan bahwa aneka gejolak ekonomi dan sosial politik baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri telah berhasil di redam oleh keberhasilan pembangunan pertanian

Tenaga Kerja dan Pemimpin Usaha Tani

Petani dalam usaha tani tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor) saja. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Ia memutuskan berapa pupuk akan dibeli dan digunakan, berapa kali tanah dibajak dan diratakan, berapa kali rumput-rumput akan dibersihkan dan bahkan dialah yang memutuskan apakah akan dipakai tenaga kerja dari luar disamping tenaga kerja dari keluarga sendiri. Jadi jelaslah bahwa disini memang kedudukan si petani sangat menentukan dalam usahatani. Fungsi yang sangat penting ini disebabkan oleh kedudukan rangkap dari petani itu. Dalam usahatani yang makin besar maka petani makin tidak mampu merangkap kedua fungsi itu. Fungsi sebagai tenaga kerja harus dilepaskan, dan ia memusatkan diri pada fungsi sebagai pemimpin usahatani.

Ada kemungkinan ia memutuskan untuk mengangkat seorang manajer yang kompeten. Manajer ini dapat secara penuh memimpin usahatani dengan gaji tertentu dan bertanggungjawab kepada petani pemilik usahatani.

Konsep Penggaraman

Penggaraman merupakan pengawetan yang sudah lama dilakukan orang. Garam dapat bertindak sebagai pengawet karena garam akan menarik air dari bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air.

Sifat-sifat Antimikroorganisme dari Garam
Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolik dan pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu 6%).

Mikroorganisme patogen termasuk Clostridium botulinum kecuali Streptococcus aureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10-12%. Beberapa mikroorganisme terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan adanya garam. Garam juga mempengaruhi aktivitas air dari bahan sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme seperti bakteri Halofilik (bakteri yang tahan hidup pada konsentrasi garam yang tinggi) dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, tetapi membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan.

Penggaraman Ikan
Pada proses penggaraman ikan, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang biak lagi. Jadi, peranan garam dalam proses ini tidak bersifat membunuh mikroorganisme (Fermicida), tetapi garam mengakibatkan terjadinya proses penarikan air dalam sel daging ikan sehingga terjadi plasmolisis (kadar air dalam sel mikroorganisme berkurang, lama kelamaan bakteri mati.

Penggaraman ikan biasanya diikuti dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam daging ikan sehingga cairan semakin kental dan proteinnya akan menggumpal. Kemurnian garam dan ukuran kristal garam akan mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan. Warna putih kekuningan, lunak, dan rasa yang enak merupakan ciri-ciri ikan asin yang enak.

Penggaraman ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
  • Penggaraman kering (dry salting) dengan menggunakan garam kering: Ikan disiangi lalu dilumuri garam dan disusun secara berlapis-lapis dengan garam
  • Penggaraman basah (brine salting) dengan menggunakan larutan garam jenuh: Ikan ditumpuk dalam bejana/wadah kedap air lalu diisi dengan larutan garam
  • Penggaraman kering tanpa wadah kedap air (kench salting): hampir sama dengan penggaraman kering, tetapi karena wadah yang digunakan tidak kedap air, maka larutan/cairan garam yang terbentuk akan langsung mengalir ke bawah dan dibuang
  • Penggaraman yang diikuti dengan proses perebusan (pindang) atau mencelupkan dalam larutan garam panas.
Membuat ikan asin dengan cara penggaraman kering
  1. Lakukan penyiangan ikan yang akan diolah kemudian dicuci agar bersih hingga bebas dari sisa-sisa kotoran
  2. Sediakan sejumlah garam kristal sesuai berat ikan, untuk ikan berukuran besar jumlah garam yang harus disediakan berkisar 20-30% dari berat ikan, untuk ikan berukuran sedang 15-20%, sedangkan ikan yang berukuran kecil 5%
  3. Taburkan garam ke dalam wadah/bak setebal 1-5 cm, tergantung jumlah garam dan ikan yang akan diolah. Lapisan garam ini berfungsi sebagai alas pada saat proses penggaraman
  4. Susunlah ikan diatas lapisan garam tersebut dengan cara bagian perut ikan menghadap kedasar bak. Selanjutnya taburkan kembali garam pada lapisan ikan tersebut, lakukan penyusunan ikan dan garam secara berlapis-lapis hingga lapisan teratas adalah susunan dengan lapisan lebih banyak/tebal
  5. Tutuplah tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang/anyaman bambu dan beri pemberat diatasnya
  6. Biarkan selama beberapa hari untuk terjadinya proses penggaraman. Untuk ikan berukuran besar selama 2-3 hari, ikan yang berukuran sedang dan ikan yang berukuran kecil selama 12-24 jam
  7. Selanjutnya cucilah dengan air bersih dan tiriskan, susun ikan diatas para-para penjemuran
  8. Pada saat penjemuran/pengering, ikan sekali-kali dibalik agar ikan cepat mengering
Membuat ikan asin dengan cara penggaraman basah
  1. Siapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50%
  2. Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah/bak kedap air, kemudian tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam dan beri pemberat agar tidak terapung
  3. Lama perendaman 1-2 hari, tergantung dari ukuran/tebal ikan dan derajat keasinan yang diinginkan
  4. Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun ikan diatas para-para untuk proses pengeringan/penjemuran

Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam Sampai Masa Abbasiyah

A. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Abbasiyah

Kemajuan peradaban islam mulai tampak sejak pemerintahan Bani Umayyah, yakni pada masa Walid bin Abdul Malik dan diteruskan oleh Umar bin Abdul Azis. Al Walid adalah khalifah pertama Bani Umayyah yang memperhatikan seni dan budaya islam. Dialah yang pertama mendirikan rumah sakit umum, rumah sakit khusus kusta, dan panti tuna netra.
Peradaban dan ilmu pengetahuan islam mencapai puncaknya pada masa pemerintahan “Abbasiyah”, yakni pada masa khalifah Al Mansur. Pada masa Harun Ar Rasyid telah berdiri Baitul Hikmah atau lembaga ilmu pengetahuan. Berbagai disiplin ilmu pengetahuan maupun ilmu islam berkembang pesat, seperti : filsafah, fikih, tasawuf, kedokteran, sejarah, geografi, geometri, kesenian, dan sebagainya. Tokoh-tokohnya pun sampai sekarang masih tetap dikenal, baik di barat maupun di negeri-negeri islam.

B. Tokoh-tokoh Ilmuan Muslim

Filsafat
Munculnya filsafat islam dimulai dari penerjemahan filsafat Yunani kedalam bahasa arab. Penerjemahan secara besar-besaran dilakukan pada masa khalifah Harun Ar Rasyid setelah umat islam memahami filsafat yang bersumber dari Yunani. Kemudian disesuaikan dengan ajaran islam. Dengan demikian, umat islam tidak begitu saja menerima apa yang mereka dapatkan dari Yunani.
Mereka yang mengadakan penyesuaian dengan ajaran islam itu kemudian dikenal dengan filosof islam yang kemudian menjadi tokoh terkemuka dunia filsafat. Adapun para tokoh filsafat islam yang terkenal antara lain:
a). Al Kindi
Nama asli Al Kindi adalah Abu Yusuf Yakub Al Kindi. Merupakan ilmuan yang menguasai ilmu fisika. Al Kindi dibarat dikenal dengan nama Al Kindus. Dialah yang pertama membahas tentang optik. Berkat jasa Al Kindi sekarang ini kita mengenal adanya kacamata, televisi, mikroskop, proyektor, foto dan lainnya. Selain itu Al Kindi juga seorang ahli ilmu matematika atau mantiq, filsafat, musik, bahasa, dan kedokteran. Tetapi ilmu filsafatlah yang paling mahir.

Ilmu fikih
Fikih islam mulai berkembang pada masa keemasan peradaban islam, yakni pada masa Daulah Abbasiyah. Pada saat itu lahir ahli-ahli hukum islam (fuqaha) dengan kitab-kitab fikihnya yang terkenal sampai sekarang. Adapun para ahli fikih yang pendapatnya sampai sekarang masih diikuti oleh umat islam adalah:

a). Imam Abu Hanifah
Beliau lahir di Kufah pada tahun 80 H dan meninggal di Bagdad pada tahun 150 H. Kitabnya yang terkenal adalah Fiqhul Akbar. Mazabnya dikenal dengan nama mazab Hanafi.
b). Imam Malik bin Anas Al Asbani
Malik bin Anas bin Abi Amir Al Asbani dilahirkan di Hijaz pada tahun 93 H. Beliau dibesarkan di kota Madinah, dengan kegigihannya dalam menimba ilmu beliau menjadi orang yang terpandang dalam bidang ilmu agama.
Sejak usia 17 tahun Malik bin Anas telah menguasai ilmu Al Quran dan Hadis, berkat ilmunya itu beliau mengembangkan pemikirannya dibidang hukum islam. Hasil karyanya adalah kitab Al Muwatta’. Mazabnya diberi nama mazab Maliki.
c). Muhammad bin Idris Syafi’i
Beliau lahir di Palestina pada tahun 150 H. Pada usia 13 tahun beliau telah hafal kitab Al Muwatta’ karangan Imam Malik. Karya beliau adalah kitab Al Um, yaitu sebuah kitab yang membahas hukum islam secara logis dan sistematis. Mazabnya terkenal dengan mazab Syafi’i.
d). Ahmad bin Muhammad bin Hambal
Beliau lahir di Bagdad pada tahun 241 H. Beliau adalah salah satu murid dari Imam Syafi’i yang sangat pandai. Karyanya adalah :
  1. Al Musnad merupakan ensiklopedi yang memuat sekitar 2900 hadis
  2. An Nasikh Wal Mansukh
Mazabnya terkenal dengan nama Mazab Hambali. Kelebihan Ahmad bin Hambali adalah:
  1. Dalam usia 10 tahun telah hafal Al Quran
  2. Dapat Menulis 300.000 hadis
Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran dalam islam dikenal dengan nama “Attib”. Ilmu ini mulai berkembang dengan pesat pada akhir Daulah Abbasiyah I. Kemudian mencapai kemajuannya pada masa Daulah Abbasiyah II, III, dan IV. Pada masa ini telah banyak melahirkan dokter kenamaan, rumah sakit besar, dan sekolah tinggi kedokteran. Mahasiswanya tidak hanya dari islam, tetapi juga dari bangsa barat. Perguruan tinggi kedokteran terdapat di kota Bagdad, Damaskus, dan Cordoba. Diantara tokoh-tokoh dibidang kedokteran, adalah :
a). Ar Razi
Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni pengobatan yang dilakukan dengan memberi sugesti bagi para penderitanya. Beliau juga orang pertama yang menulis tentang masalah pengobatan/medis secara ilmiah.
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi, didunia barat dikenal dengan nama Razes. Ar Razi dilahirkan di Ray dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat pada tahun 320 H. Karya tulisnya yang terkenal adalah “Al Hawi”, buku ini menjadi buku induk kedokteran modern. Ia juga penemu jenis penyakit cacar atau campak.
b). Ibnu Sina
Beliau menyusun buku Al Qanun Fi At Tibb (Canon Medicene), artinya dasar-dasar ilmu kedokteran. Buku tersebut dianggap sebagai induknya ilmu kedokteran dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Nama lengkapnya adalah Abu Ali al Husain Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir tahun 320 H di Bukhara, dan wafat tahun 428 H di Hamazan. Orang barat mengenalnya dengan menyebutnya Avicena. Karya tulisnya adalah :
  1. Al Majmu’ (compedium) yang memuat berbagai ilmu pengetahuan secara lengkap
  2. Qanun fi At Tibb (canon medicine) artinya dasar-dasar ilmu kedokteran
  3. Asy Syifa’ yaitu buku tentang penyembuhan
c). Ibnu Rusyd
Beliau ahli dan tokoh dalam bidang ilmu kedokteran dengan bukunya “Kulliyat Fi at Tibb”. Beliau juga ahli dalam bidang fisika, karya yang berhubungan dengan fisika adalah At Tabiah (fisika). Nama lengkapnya adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, dinegara barat dikenal dengan nama Averous. Beliau lahir pada tahun 520 H di Kordova (Spanyol), wafat tahun 595 H di Marakesy. Selain Kulliyat Fi at Tibb, masih banyak karyanya yang lain, yaitu :
  1. Bidayatul Mujtahid adalah buku fikih perbandingan yang dipakai para fuqaha
  2. Ma Ba’ad At Tabi’ah adalah buku pertanyaan-pertanyaan metafisik (mortaphisical question)
  3. Tahafutut Tahafut adalah buku tentang kekacauan kitab tahafut
Selain nama-nama tersebut diatas masih ada lagi tokoh-tokoh yang lain dibidang ini, seperti Abu Mahasin, Ibnu Sina, dan Ibnu Masykawaih.

Sejarah
Sejarah dalam islam disebut tarikh, yaitu ilmu yang mempelajari keadaan suatu negeri, kisah suatu bangsa, peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan waktu. Tokoh-tokoh dalam bidang sejarah antara lain:
a). Ibnu Khaldun
Beliau adalah seorang ilmuan dari Universitas Edinburg. Selain ahli ilmu sejarah Ibnu Khaldun juga seorang ahli sosiologi, dan ekonomi. Karya tulisnya yang terkenal adalah Al ‘Ibar dan Al Muqadimah.
b). Ibnu Qutaibah
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad Dainuri. Karyanya yang terkenal adalah Uyunul Akbar
c). Ibnu Jarir at Tabari
Beliau terkenal sebagai ahli tafsir dan sejarah. Salah satu karyanya adalah Al Ahbarul Rusul wal Muluk.
d). Al Mas’udi
Karya-karyanya, antara lain :
  1. Kitab Akbar Az Zaman 30 jilid yang memuat sejarah universal
  2. Al Ausat tentang teknologi sejarah umum
Geografi
Sarjana geografi dari kalangan muslimin yang telah banyak menyusun buku yang terkenal, antara lain :
a). Ibnu Khardazabah
Kitabnya yang terkenal adalah Kitabul Masalik wal Mamalik.
b). Al Muqaddasy
Kitabnya yang terkenal adalah Ahsanut Taqasim fi Ma’rifatil Aqalim.
c). Yaqud Al Hamawy
Kitab karanyanya yaitu Mu’jamul Buldan dan Mu’jamul Udabi

Ilmu Geometri
Geometri merupakan cabang matematika. Dalam islam ilmu ini disebut “Ilmu Riyadiyah”. Ilmu Riyadiyah adalah ilmu pasti (berhitung, aljabar, dan teknik). Para sarjana ilmu geometri ini antara lain :
a). Sabin bin Qurrah al Hirary
Karyanya yaitu Hisabul Ahillah dan Kitabul Adab
b). Al Khawarizmi
Beliau adalah penemu angka nol dan dikenal sebagai bapak Aljabar. Al Khawarizmi  juga berhasil merumuskan aljabar, geometri, daftar logaritma, dan tabel astronomi.
c). Ali Muhammad bin Hasan, beliau juga seorang sarjana dan tokoh ilmu pasti pada saat itu.

Ilmu Akhlak
Imam Gazali adalah seorang ahli ilmu akhlak, nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al Gazali. Lahir di Iran pada tahun 450 H. Al Gazali juga seorang ahli ilmu fikih, tauhid, filsafat, matematika, fisika, Al Quran, dan Al Hadis. Setelah beliau tua bersungguh-sungguh dalam bidang tasawuf yaitu penghayatan dan pengamatan yang mendalam dalam melaksanakannya syariat islam. Karya Imam Gazali yang terkenal adalah kitab Tahafut Al Falasifah, yaitu buku tentang kekacauan pemikiran para filosof.

Kesenian
Kesenian islam bersumber pada Al Quran dan sunah rasul serta asimilasi dari berbagai seni yang dihasilkan oleh ahli sebelumnya, yang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dengan demikian, segala hasil seni yang bertentangan dengan ajaran islam, bukan kesenian islam, sekalipun yang menciptakan orang islam sendiri. Hasil kesenian islam itu beragam, yakni yang berbentuk arsitektur bangunan, sastra, seni suara, seni tari, dan sebagainya. Hasil karya seni, islam yang bernilai dunia, antara lain :
  1. Istana Al Hambra di Spanyol
  2. Istana Tajmahal di India, hasil karya kaum muslim India
  3. Cerita seribu satu malam atau Alfu Lailalah Walailah, ini merupakan hasil karya Abu Nawas.
Masih banyak lagi karya seni islami yang lainnya, termasuk alat-alat musik seperti misbar (kecapi klasik), sahrud (kecapi lengkung), muraba (semacam gitar), dan lain sebagainya.

Sejarah Sultan Hamid II

Sultan Hamid II, lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak ke-6, Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 – meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada umur 64 tahun) adalah Perancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Dalam tubuhnya mengalir darah Arab-Indonesia. Ia beristrikan seorang perempuan Belanda kelahiran Surabaya, yang memberikannya dua anak yang sekarang tinggal di Negeri Belanda. Syarif Abdul Hamid menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalimantan Barat dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada tanggal 17 Desember 1949, Sultan Hamid II diangkat oleh Soekarno ke Kabinet RIS tetapi tanpa adanya portofolio. Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta dan termasuk 11 anggota berhaluan Republik dan lima anggota berhaluan Federal. Pemerintahan federal ini berumur pendek karena perbedaan pendapat dan kepentingan yang bertentangan antara golongan Unitaris dan Federalis serta berkembangnya dukungan rakyat untuk adanya negara kesatuan. Saat Sultan Hamid II menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio dan selama jabatan menteri negara itu pula dia ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan R.M. Ngabehi Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara Sultan Hamid II, Soekarno, dan Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika“. Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk rajawali yang menjadi Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Mohammad Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila terbitan Departemen Pertahanan dan Keamanan, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Istana Kadriyah, Pontianak. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (tahun 1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang

Tanah Bagi Tanaman-tanaman Tahunan Perusahaan

Pada zaman kolonial, pemerintah Belanda berkepentingan untuk menarik modal-modal besar Belanda dan negara-negara Eropa lainnya serta Amerika untuk datang di Indonesia. Khusus untuk keperluan ini pemerintah harus dapat memberikan hak-hak tanah yang selain sesuai untuk tanaman tahunan jangka panjang seperti karet, kopi, kina dan lain-lain, juga harus dapat menjamin keuntungan yang diharapkan pada perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Itulah sebabnya pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-undang Agraria 1870 tang antara lain memberikan hak erfpacht (sewa turun menurun), hak opstal, hak eigendom, hak sewa dan lain-lain.

Hak-hak ini dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) diubah menjadi hak-hak guna usaha, hak guna pembangunan, hak milik, hak pakai dan lain-lain dengan batas waktu 20-25 tahun. Juga hak-hak konsesi waktu itu diberikan untuk waktu 99 tahun meliputi areal tanah yang luas untuk perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.

Demikianlah setiap sistem hubungan pertanahan harus selalu disesuaikan dengan keperluan pada suatu waktu tertentu, pada macam tanaman dan tujuan-tujuan sosial ekonomis tertentu. Land-reform yang tertentu tidak lepas dari tujuan-tujuan politis, sosial, dan ideologis, selalu tidak dapat dipisahkan dari tujuan ekonomis yaitu peranan tanah sebagai satu faktor produksi yang amat penting. Tidak hanya bagi tanaman perkebunan-perkebunan besar yang mengusahakan tanaman-tanaman perdagangan, tetapi juga bagi tanah-tanah rakyat yang kecil-kecil untuk tanaman bahan makanan pun kebijaksanaan land-reform yang tepat hanya bisa didasarkan pada keadaan yang praktis yang terdapat di negara kita yang sudah dipraktekkan oleh petani-petani kita

Konservasi Tanah

Tanah adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk nilai tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Untuk mempertahankan kesuburan tanah petani harus mengadakan rotasi tanaman dan usaha-usaha konservasi tanah lainnya. Keperluan akan konservasi tanah ini akan lebih nampak bagi negara secara keseluruhan tiap kali melihat kerugian-kerugian yang timbul dari adanya banjir dan erosi tanah terutama dilereng-lereng gunung. Akhir-akhir ini diadakan eksploitasi hutan dan kayu besar-besaran terutama di Kalimantan Timur. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan banjir-banjir besar dan kerusakan-kerusakan tanah lainnya di kemudian hari.

Roof bouw adalah eksploitasi yang berlebih-lebihan pada saat sekarang sehingga merugikan eksploitasi di masa yang akan datang. Di sinilah letak pentingnya masalah yang diartikan sebagai usaha untuk mempertahankan efisiensi penggunaan tanah untuk waktu yang selama mungkin tanpa terputus. Dalam arti yang lebih sempit konservasi ini biasanya mengurangi laju pengusahaan tanah sekarang untuk memungkinkan pengusahaan yang lebih besar kemudian hari. Konservasi tanah tidak sama dengan penggunaan tanah secara ekonomis. Pengertian ekonomi hanya membandingkan hasil-hasil dan biaya atau manfaat dan pengorbanan. Sedangkan konservasi lebih menekankan fungsi tanah dalam arti ekologis. Namun begitu penggunaan tanah secara ekonomis yang disertai pertimbangan jangka panjang akan berarti pula konservasi. Penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam konservasi tanah merupakan gabungan dari kedua soal diatas, yaitu membandingkan hasil dan biaya pada saat sekarang dengan hasil dan biaya pada saat yang akan datang.

Usaha penghijauan akan dilihat pertama-tama sebagai tindakan konservasi untuk mengendalikan erosi. Tapi prinsip ekonomi berlaku pula dalam hal ini. Pengeluaran biaya penghijauan sekarang diharapkan mendapat kompensasi pada masa yang akan datang berupa hasil-hasil pertanian yang dipetik. Hasil-hasil ini tidak mungkin diperoleh kalau tanah terkena erosi dan penghijauan tidak dilaksanakan

Tanah dan Topografi pada Kelapa Sawit

Bagi tanaman kelapa sawit sifat fisik tanah lebih penting dari pada sifat kesuburan kimiawinya karena kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah seperti podsolik coklat, podsolik kuning, podsolik merah kuning, hidromorfik kelabu, alluvial regosol, gley humik, organosol (tanah gambut). Tanah podsolik merah kuning termasuk subur dan cocok untuk tanaman kelapa sawit dan banyak tersebar diseluruh Indonesia.

a) Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang dikatakan baik adalah jika tanah dapat memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk berkembang secara luas. Sifat fisik tanah ditentukan oleh kemiringan tanah, tebalnya solum, kedalaman permukaan air tanah, tekstur, konsistensi gembur, dan permeabilitasnya.
Faktor kemiringan tanah untuk kebun kelapa sawit sangat penting, yang dianggap masih baik sekitar 0°-15°, diatas 150° perlu dibuat teras. Kelapa sawit menghendaki tanah yang relatif rata, memiliki solum yang tebal tanpa lapisan padas, subur, gembur, dan memiliki drainase yang baik.
Tanah organosol (gambut) selalu terendam air dan sulit dikeluarkan dan drainasenya jelek sehingga untuk mengelolanya sebai kebun kelapa sawit perlu biaya yang cukup mahal.

b). Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah dikatakan baik jika tanah tersebut dapat menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap akar. Jelasnya bahwa sifat kimia tanah adalah faktor keasaman tanah dan komposisi kandungan hara mineral yang ada dalam tanah. pH tanah sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Keasaman tanah sangat erat hubungannya dengan ketersediaan hara yang dapat diserap akar. Keasaman tanah yang dikehendaki kelapa sawit berkisar antara 4-5,5.

Kamis, 22 September 2016

Pemanfaatan Kelapa Sawit

Pemanfaatan kelapa sawit yang paling banyak adalah untuk CPO dan PKO. Belakangan ini, penggunaan kelapa sawit sudah mulai mengarah pada biodiesel. Selain itu, limbah sawit juga mulai dimanfaatkan untuk berbagai produk.

CPO dan PKO
 
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak yang berasal dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan. sedangkan Palm Kernel Oil (PKO) merupakan minyak yang berasal  dari inti kelapa sawit. Terdapat juga istilah Bungkil inti kelapa sawit yaitu inti kelapa sawit yang mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Minyak kelapa sawit termasuk salah satu komoditas ekspor indonesia.

Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak kelapa sawit diantaranya yaitu minyak goreng, mentega, kue/biskuit, serta sebagai bahan pembuatan biodiesel. Perkembangan industri oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen, sabun, dan kosmetika.

Produksi CPO indonesia yang diolah didalam negeri sebagian besar masih dalam bentuk produk, yaitu seperti RBD palm oil, stearin, dan olein, yang nilai tambahnya tidak begitu besar. Industri oleokimia indonesia sampai tahun 2000 baru memproduksi oleokimia10,8% dari produk dunia.

Industri minyak goreng masih merupakan pangsa terbesar dari industri minyak sawit indonesia, dengan jumlah konsumsi CPO sekitar 5 juta ton. Mengolah CPO menjadi industri hilir akan memberikan berbagai manfaat, seperti nilai tambah, nilai ekspor, dan pertambahan lapangan kerja.Dari hasil yang diketahui ada 57 produk yang dapat dibuat dengan bahan baku minyak sawit. Sebanyak 42 produk di antaranya merupakan produk oleokimia.

Teknologi untuk membuat berbagai produk oleokimia sudah ditemukan, tetapi belum layak dikembangkan karena belum adanya insentif untuk produk-produk yang ramah lingkungan.

Biodiesel

Biodiesel merupakan
bahan bakar untuk mesin diesel yang dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Biodiesel minyak sawit yaitu biodiesel yang dibuat dengan cara esterifikasi atau transesterifikasi minyak sawit dan alkohol rantai pendek. DiIdonesia saat ini ada lima pabrik biodiesel yang sudah beroperasi dengan kapasitas terpasang mencapai 1,1 juta ton pertahun, pabrik-pabriknya yaitu PT. Eterindo Group, Indobiofuel Energy, PT. Wilmar, PT. Sumiasih, dan PT. Musimmas.

Pemakaian biodiesel lokal untuk transportasi melalui pertamina juga tidak berkembang karena harga biosolar lebih mahal dari BBM solar. Pemerintah akan mewajibkan industri dan usaha komersial memakai bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel minimal sebesar 5% mulai januari 2010.

Biodiesel dapat juga digunakan untuk pembangkit listrik. Saat ini telah beroperasi pembangkit listrik bertenaga biodiesel berkapasitas 10 MW di bagan besar Dumal, Riau.Pemanfaatan converter, alat untuk mengalihkan penggunaan energi fosil dalam hal ini solar ke energi terbarukan di PLTD Dumal merupakan usaha pertama di Asia.

Dengan keunggulan minyak sawit sebagai bahan bakubiodiesel seperti harga yang lebih murah, memberikan yield per ha lebih tinggi, dan tingkat emisi karbon yang lebih rendah dibanding minyak nabati lainnya. Hal ini semakin mendorong penggunaan minyak sawit di industri ini akan meningkatkan permintaan minyak sawit dan selanjutnya mendorong perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit.

Pemeliharaan Kura-kura Batok

Kura-kura Batok (Cuora amboinensis) adalah sejenis kura-kura yang tergolong suku Geoemydidae. Menyebar luas dari India di sebelah barat hingga Maluku di timur, kura-kura ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Amboina Box Turtle atau Southeast Asian Box Turtle. Nama spesiesnya merujuk pada Amboina (nama lama Ambon), yakni lokasi asal tipe spesies ini.

Kura Ambon tergolong Kura-kura Semi-Aquatic dimana dia membutuhkan Air Untuk Berenang dan Menghilangkan Dehidrasinya, dan membutuhkan Daratan seperti Kayu, Tanah, ataupun Batu untuk media berjemurnya. Di alamnya Kura-kura ini Seringkali berada di daratan meskipun kura ini tergolong kura-kura air dan masuk ke Air yang Dangkal untuk mencari makan / sekedar menghilangkan Dehidrasinya, Kura-kura ini tidak cukup pandai dalam hal berenang, dikarenakan Selaput pada kaki-kakinya tidak seperti Selaput pada kakikura-kura RES.

sama dengan jenis kura-kura semi akuatik lainnya, memelihara kura-kura Ambon memerlukan ketelitian dan kesabaran. Mulai dari tempat tinggal, tempat makan dan perawatan harus dilakukan secara professional agar tidak cepat mati karena sakit atau ‘kecelakaan’. Hal yang perlu diperhatikan selain perawatan adalah asal dari kura-kura Ambon yang akan dibeli. Kebanyakan kura-kura Ambon yang dijual berasal dari penangkapan di habitat aslinya. Hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan alam. Alangkah lebih baik jika Anda membeli kura-kura Ambon yang dihasilkan dari penangkaran.

Kura Ambon merupakan salah satu jenis kura lokal yang menjadi primadona bagi para pecinta reptil khusunya kura-kura, oleh karenanya kura jenis ini banyak dipasar hewan peliharaan. Bentuknya yang eksotis serta memiliki sifat karakteristik yang ramah bisa bersahabat dengan manusia membuatnya naik daun sebagai hewan peliharaan dikalangan pecinta kura-kura.

Bagi Anda yang hendak memeliharanya, sangat disarankan untuk membeli yang masih anakan, dengan memelihara sejak kecil Anda akan lebih mudah akrab bermain bersamanya, bisa handle dan memberi makan diatas telapak tangan tanpa rasa takut kura akan lahap memakan pakan yang kita beri. Dan ketika sudah besarpun kita bisa memberi pakan langsung dari tangan (meyuapi). Sebagai hewan peliharaan, kura kura Ambon tergolong mudah dalam perawatannya karena kura jenis ini termasuk hewan omnivora (pemakan segala) kita bisa memberinya makan berupa jangkrik,udang, sayuran, ikan kecil, pelet serta jenis pakan lainnya.

Rahasia Bengkel Ketok Magic

Mahalnya biaya perbaikan bodi mobil di bengkel membuat nama ketok magic menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki bodi mobil di kalangan masyarakat yang cukup populer. Namun karena kebanyakan prosesnya yang serba tertutup membuat proses ini erat kaitannya dengan klenik dan mistik. Maklum saja, hingga sekarang proses pengerjaan ketok magic ini belum banyak diketahui oleh orang. Ini dikarenakan ketok magic melakukannya secara tertutup hingga membuat orang mengira pengerjaanya benar-benar menggunakan “magic” yang identik dengan ilmu hitam.

Memang kebanyakan bengkel ketok magic ini serba tertutup hingga banyak yang penasaran, malah ada yang sengaja membakar kemenyan. Mungkin ditujukan untuk menguatkan kesan megic itu sendiri. Agar banyak khalayak semakin penasaran. Banyak bengkel ketok magic yang tidak mau memperlihatkan prosesnya dan cenderung menutup diri. Ketok magic itu tidak ada yang istimewa dan spesial apalagi menggunakan klenik hingga membakar kemenyan. Proses ketok magic sejatinya hanya mengandalkan teknik perbaikan dan ketelatenan. Itulah yang tidak semua bengkel mau membukanya.

Perbaikan dilakukan dengan sangat hati-hati dengan hanya mengandalkan alat sederhana dan kekuatan manusia. Bodi mobil yang penyok diamati kemudian diperhitungkan bagaimana mengembalikannya. Misalnya terjadi penyok pada pintu, door trim dibuka, kemudian penyok itu didorong menggunakan tangan manusia agar pulih. Kalaupun pemulihan itu belum sempurna, digunakan alat tambahan seperti palu ketok dan plat besi untuk menyempurnakannya. Untuk memuluskan bagian yang catnya terkelupas terkadang dibutuhkan pengecatan ulang.

Perbedaan Petanian di Jawa dan di Luar Jawa

Indonesia negara yang luas sekali. Demikian pula pertaniannya. Pertanian kopi dan karet di Aceh mempunyai pola dan sistem yang berbeda dengan pertanian bawah merah di Jawa Tengah atau pertanian sayur-sayuran di Malang. Dengan demikian hampir tidak mungkin kita mengadakan generalisasi tentang sistem dan pola di Indonesia.

Pola kehidupan pertanian di Jawa berbeda dengan di luar Jawa terutama karena perbedaan perbandingan antara jumlah petani dengan tanah yang tersedia untuk kehidupannya. Pulau Jawa pada tahun 1974 di diami oleh 64% dari seluruh penduduk Indonesia, padahal daerahnya hanya 7% dari seluruh daerah Indonesia. Dengan demikian Jawa paling padat penduduknya.

Pembagian penduduk petani yang tidak seimbang antara Jawa dan luar Jawa menimbulkan corak kehidupan pertanian yang sangat berbeda. Jawa mempunyai sistem pertanian yang labor intensive (padat karya) sedangkan luar Jawa kurang labor intensive, menggunakan sebagian besar tanah pertaniannya untuk memproduksi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, dan ketela. Sedangkan daerah luar Jawa menyisihkan sebagian besar tanahnya untuk tanaman-tanaman perdagangan seperti karet, kelapa, kopi, lada dan lain-lain. Pulau Jawa berkembang pertaniannya lebih dulu daripada pulau-pulau di luar Jawa. Pada waktu modal asing mulai datang di Indonesia secara besar-besaran (mulai tahun 1870) maka baik tanaman-tanaman bahan makanan maupun tanaman perdagangan mulai dikembangkan di Jawa.

Karena tanah-tanah di Jawa makin terbatas sedangkan tanah pertanian di luar Jawa masih lebih luas maka para pemilik modal kemudian mulai membuka perkebunan-perkebunan yang lebih besar di luar Jawa terutama di Sumatera. Tenaga-tenaga kerja yang diperlukan untuk perkebunan-perkebunan di Sumatera banyak didatangkan dari Jawa terutama untuk perkebunan tembakau Deli di Sumatera Timur yang sifatnya sangat padat karya.

Pulau Sumatera kemudian sangat penting dalam produksi tanaman-tanaman perdagangan untuk ekspor seperti karet, kelapa sawit, tembakau, kopi dan lada, dn Jawa terutama memproduksi tanaman-tanaman bahan makanan. Tanaman perdagangan yang lebih efisien diusahakan di Jawa adalah yang sifatnya lebih padat karya yaitu tebu, tembakau dan teh.

Pada waktu harga hasil ekspor pertanian sangat baik misalnya karet pada saat-saat perang dunia II dan perang Korea (1950-1952) maka Sumatera sebagai produsen karet utama mengalami zaman keemasan. Tanaman bahan makanan disana kurang menarik. Beras yang diperlukan fiimpor dari Jawa atau luar negeri. Namun keadaan ini berubah sesudah harga karet menurun dipasar dunia, terutama sejak munculnya saingan karet sintetis. Menjelang harga-harga beras yang terus menanjak dipasar dunia dan makin besarnya impor beras terutama oleh pulau Jawa, maka Sumatera dan daerah-daerah lain mulai mempergiat penanaman bahan makanan. Antara tahun 1963-1969, produksi padi di Sumatera saja naik 50,4% (7,1% tiap tahun), sedang di Jawa hanya 18,8% (2,9% tiap tahun).

Perkembangan ini menunjukkan makin pentingnya kedudukan Sumatera dan pulau-pulau luar Jawa pada umumnya dalam pertanian Indonesia dan makin gawatnya persoalan di Jawa. Penduduk di Jawa makin bertambah dengan pesat padahal produksi bahan makanan berkembang lambat. Produksi pertanian di Jawa makin terpusat pada produksi beras, makanan pokok penduduk dan kedudukan tanaman perdagangan makin kurang penting. Tanaman perdagangan seperti tebu, rosella dan tembakau yang menggunakan tanah-tanah yang disewa dari rakyat makin sulit mencari tanah. Hanya dengan bantuan peraturan tentang penjatahan (quota) tanah dan bantuan pemerintah maka tanaman-tanaman ini terjamin kebutuhan tanahnya. Ini pun hanya diperoleh dengan sewa tanah yang makin tinggi.

Tidak dapat dielakkan bahwa kegiatan pertanian harus lebih banyak lagi diarahkan keluar Jawa di mana tanah-tanah pertanian masih banyak tersedia. Perkembangan pertanian di luar Jawa akan berhubungan erat dengan kegiatan pembangunan daerah dan pemindahan tenaga kerja dari kelebihan penduduk di Jawa. Inilah masalah utama yang dihadapi dalam program transmigrasi.

Kelahiran Ilmu Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Kalau ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam Smith yang berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian baru dilahirkan pada awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890. Di Amerika Serikat mata pelajaran Rural Economics pertama-tama diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Mata pelajaran Economics of Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada tahun 1901 dan Farm Management pada tahun 1903. Pada tahun 1910 beberapa universitas di Amerika Serikat sudah memberikan kuliah-kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.

DiEropa, ilmu ekonomi pertanian lahir sebagai cabang dari ilmu pertanian. Menurut Kaslan Tohir, "pengubah" ilmu ekonomi pertanian adalah Von Der Goltz yang menulis buku Handbuch der Landwirtsc haftlichen Bertriebslehre pada tahun 1885.

Di Indonesia, mata pelajaran ilmu ekonomi pertanian diberikan mula-mula pada fakultas-fakultas pertanian dengan tradisi pengajaran Eropa Barat oleh guru besar ilmu pertanian. Karena itu mata pelajaran ini merupakan "aspek sosial ekonomi" dari ilmu pertanian.

Profesor Iso Reksohadiprodjo dan Profesor Ir. Teko Sumodiwirjo adalah bapak-bapak ilmu ekonomi pertanian di Indonesia dengan kuliah-kuliahnya pada fakultas-fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor dan Universitas Gadjah Mada mulai tahun 1950.

Mata pelajaran ekonomi pertanian di UGM kemudian diikuti pula oleh mahasiswa-mahasiswa fakultas-fakultas ilmu sosial seperti hukum, sosial politik, dan ekonomi yaitu bagi mereka yang ingin memperdalam pengetahuannya dalam persoalan-persoalan pedesaan. Pada akhir tahun limapuluhan mata pelajaran ini kemudian membuka jurusan Ekonomi Pertanian (mula-mula disebut jurusan Ekonomi Agraria) pada tahun 1955.

Kegiatan profesional untuk mengembangkan ilmu ekonomi pertanian menjadi lebih intensif dengan pembentukan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) pada bulan Februari 1969 di Ciawi, Bogor, sebagai realisasi cita-cita para ahli dan peminat Ekonomi Pertanian yang telah berkumpul menghadiri konferensi Nasional Ekonomi Pertanian I pada bulan Desember 1964 di Cibogo, Bogo. Perhepi kemudian berhasil mengadakan Konferensi Nasional Ekonomi Pertanian II pada bulan Januari 1970 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dalam bidang penelitian ekonomi pertanian kegiatan anggota-anggota perhepi tertampung didalam proyek Survei Agro Ekonomi yang disponsori oleh Pemerintah dan dikoordinasikan oleh Departemen Pertanian. Komunikasi ilmiah antar anggota-anggota perhepi dan antara anggota-anggota dengan masyarakat dilaksanakan melalui majalah setengah tahunan Agro Ekonomika.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi pertanian telah dilahirkan di Indonesia pada awal tahun lima puluhan, tetapi baru berhasil mendapat dukungan yang kuat dan luas serta diakui sebagai cabang profesi tersendiri pada awal tahun 1969 dengan terbentuknya Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia.

Sejak itu perkembangan dan pengakuan terhadap profesi baru ini berjalan cepat berkenaan dengan mulai dilaksanakannya rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I yang dimulai pada tanggal 1 April 1969, terutama karena Repelita ini memberikan tekanan utama pada pembangunan sektor pertanian.

Selasa, 20 September 2016

Pola Perkebunan

Pada awalnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dikelola perusahaan-perusahaan asing Belanda, Inggris, Belgia, dan sebagainya. Pada tahun 1958 semua perusahaan Belanda telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Saat itu pola perkebunan hanya berbentuk perusahaan inti saja dan belum ada pola kemitraan anak angkat/bapak angkat.

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 di Indonesia sedang terjadi pergeseran berbagai nilai dalam kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan baik dibidang pertanian, perkebunan, maupun industri. Pada dasarnya, pemerintah menginginkan agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan besar dengan perusahaan rakyat.

Di bidang pertanian/perikanan dikenal dengan pola perusahaan inti rakyat (PIR) seperti PIR persusunan, PIR perunggasan, PIR nelayan ikan tuna/cakalang, dan sebagainya. Di bidang perkebunan sejak tahun 1977 dikenal dengan pola PIR perkebunan (PIR-BUN) antara perusahaan besar (BUMN atau swasta) dengan perusahaan rakyat. Semua pola tersebut memiliki dasar yang sama yaitu pola kemitraan anak angkat dengan bapak angkat. Perusahaan besar sebagai inti dan perusahaan rakyat sebagai plasma. Pola PIR perkebunan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1977 atas prakarsa bank dunia berdasarkan pengalaman FELDA di Malaysia telah berkembang menjadi pola Nucleus Estate Small Holder (NES) di Tebenan Sumatera Selatan dan di Alue Merah Aceh (Ahmad, 1998). Pola seperti ini telah berkembang begitu cepat menjadi pola PIR-BUN yang bergerak hampir ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dan pola NES berkembang menjadi pola PIR Transmigrasi dan sebagainya.

Dengan demikian, tujuan perusahaan bukanlah sekedar mencari laba, tapi untuk menciptakan pelanggan serta berorientasi dengan pasar dan pembaharuan. Laba bukanlah suatu sebab, melainkan suatu akibat dari karya perusahaan didalam pemasaran, pembaruan, dan produktivitas. Produktivitas hanyalah suatu kebutuhan dan juga pembatasan. Perusahaan adalah organ khusus dari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan (Drucker, 1974).

Adapun sasaran perusahaan adalah mengejar efisiensi dan efektivitas untuk mencapai produktivitas yang optimum agar stable growth perusahaan semakin mantap dan kelangsungan hidup perusahaan semakin terjamin.

Senin, 19 September 2016

Fungsi Pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antarbangsa.

Fungsu pendidikan lainnya adalah peradaban, hasil karya manusia yang semula dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban evolusioner dan dinamis, berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan sosial terencana atau reformasi damai.

Model pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman disebut pendidikan yang relevan dengan zamannya. Kita mengenal adanya tuntutan zaman silam, zaman kini, dan zaman yang akan datang. Sementara kurun yang akan datang terbagi pula dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Tuntutan zaman, sebagai refleksi peradaban, termasuk didalamnya sosial kemasyarakatan dan budaya sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ekonomi, sangat terkait erat dengan wilayah sehingga ada tuntutan (kebutuhan) yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan individu (dalam memenuhi kebutuhan individualnya) untuk dapat beradaptasi/menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai wilayah tertentu (nasional, regional maupun global) yang senantiasa berubah.

Manusia yang dapat bertahan dengan berbagai tuntutan tersebut adalah manusia yang adaptif, berkemampuan tinggi untuk menghadapi berbagai perubahan yang terus-menerus.

Model pendidikan (dalam lingkup makro disebut sebagai sistem pendidikan) yang relevan adalah model pendidikan yang menghasilkan manusia yang dapat menyesuaikan diri/memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, ada relevansi yang bersifat lokal, nasional, regional ataupun global. Dikaitkan dengan dimensi waktu maka ada relevansi jangka pendek, dan relevansi jangka panjang, yang sekaligus dapat dikaitkan dengan leverage atau lingkup kewilayahan tersebut.

Diantara tuntutan zaman yang sangat besar pengaruhnya, dan harus direspons secara baik oleh sistem pendidikan adalah perkembangan ekonomi dan teknologi. Perkembangan ini menuntut kemampuan dan keahlian tertentu sesuai dengan lingkup wilayahnya.

Pendidikan yang relevan dalam jangka pendek akan ketinggalan zaman untuk jangka panjang. Demikian pula yang relevan secara lokal, berpeluang tidak cocok dengan kebutuhan nasional. Jadi, yang relevan secara nasional belum tentu relevan dalam kompetisi global.

Disamping menciptakan relevansi secara lateral/horizontal terhadap tuntutan lingkungan, pendidikan juga mengemban misi mempertinggi peradaban. Oleh karena itu, pendidikan juga harus mengupayakan relevansi secara vertikal untuk menjamin peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh peradaban secara timbal balik. Salah satu indikator peradaban adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi peradaban suatu bangsa maka semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut.

Sementara itu, pendidikan juga mengemban relevansi lainnya, yaitu misi/kepentingan bersama baik dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai bangsa, dalam bentuk nilai-nilai kebersamaan, serta kesepakatan-kesepakatan atas pranata sosial. Disinilah peranan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan nilai, baik yang berdimensi individual maupun sosial bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama yang sekaligus menyiapkan masa depan, bukan hanya didunia, tetapi juga untuk akhirat.

Teori-teori Perdagangan Internasional Menurut Para Ahli

Teori-Teori Pedagangan Internasional
  1. Teori Pandangan Kaum Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan. Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor. Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok, yaitu :
  1. pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasonal untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara tersebut
  2. setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor (neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif, maka ekspor harus didorong dan impor harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama perdagangan luar negeri adalah memperoleh tambahan logam mulia.
Dengan demikian dalam perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri, titik berat politik merkantilisme ditujukan untuk memperbesar ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayar dengan logam mulia. Kebijakan merkantilis lainnya adalah kebijakan dalam usaha untuk monopoli perdagangan dan yang terkait lainnya, dalam usahanya untuk memperoleh daerah-daerah jajahan guna memasarkan hasil industri.

  1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi.

Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut :
  1. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)
dalam Menghasilkan Sejenis Barang Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulanmutlak.
  1. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan. Suatu Negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
  1. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo
Penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817). Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua jenis komoditi yang dihasilkan, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara A misalnya harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (yang merupakan komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut cukup besar (komoditi yang memiliki kerugian komparatif). Jadi harga sesuatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.

David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut :
  1. Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua jenis barang dibanding dengan Negara lain ?
Sebagai gambaran awal, di satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga kerja dan alam yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain, sehingga negara tersebut lebih unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara lain. Sebaliknya, di lain pihak negara lain tertinggal dalam memproduksi barang. Dari uraian di atas dapat disimpilkan, bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau perdagangan.

  1. Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan internasional ?
Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang dapat dibandingkan) yang digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan perdagangan bukan sekadar mutlak lebih produktif (lebih menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang, tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia tetap dapat ikut serta dalam perdagangan internasional, asalkan Negara tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga kerja) dibanding dengan lainnya.

Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua macam produk yang dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika diban-dingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.
  1. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill
Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori Keunggulan Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua barang oleh dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori Timbal Balik adalah menyeimbangkan antara permintaan dengan penawarannya, karena baik permintaan dan penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.

Pada dasarnya teori keunggulan komparatif yang dikemukakan David Ricardo dan J.S. Mill sama, yang membedakan adalah penentuan dasar tukar internasional (DTI). Menurut Ricardo bahwa perdagangan yang dapat memberikan keuntungan kedua belah pihak adalah DTI 1 : 1, sedangkan J.S. Mill DTI tidak perlu 1 : 1, asalkan DTI berada di antara DTD masing-masing negara, maka perdagangan kedua belah pihak dapat dilaksanakan dengan memberikan keuntungan kedua-duanya.

Jadi, menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi antara kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan suatu negara akan memperoleh manfaat apabila jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat seluruh barang-barang ekspornya lebih kecil dari pada jumlah jam kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.