Selasa, 20 September 2016

Pola Perkebunan

Pada awalnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dikelola perusahaan-perusahaan asing Belanda, Inggris, Belgia, dan sebagainya. Pada tahun 1958 semua perusahaan Belanda telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Saat itu pola perkebunan hanya berbentuk perusahaan inti saja dan belum ada pola kemitraan anak angkat/bapak angkat.

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 di Indonesia sedang terjadi pergeseran berbagai nilai dalam kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan baik dibidang pertanian, perkebunan, maupun industri. Pada dasarnya, pemerintah menginginkan agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan besar dengan perusahaan rakyat.

Di bidang pertanian/perikanan dikenal dengan pola perusahaan inti rakyat (PIR) seperti PIR persusunan, PIR perunggasan, PIR nelayan ikan tuna/cakalang, dan sebagainya. Di bidang perkebunan sejak tahun 1977 dikenal dengan pola PIR perkebunan (PIR-BUN) antara perusahaan besar (BUMN atau swasta) dengan perusahaan rakyat. Semua pola tersebut memiliki dasar yang sama yaitu pola kemitraan anak angkat dengan bapak angkat. Perusahaan besar sebagai inti dan perusahaan rakyat sebagai plasma. Pola PIR perkebunan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1977 atas prakarsa bank dunia berdasarkan pengalaman FELDA di Malaysia telah berkembang menjadi pola Nucleus Estate Small Holder (NES) di Tebenan Sumatera Selatan dan di Alue Merah Aceh (Ahmad, 1998). Pola seperti ini telah berkembang begitu cepat menjadi pola PIR-BUN yang bergerak hampir ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dan pola NES berkembang menjadi pola PIR Transmigrasi dan sebagainya.

Dengan demikian, tujuan perusahaan bukanlah sekedar mencari laba, tapi untuk menciptakan pelanggan serta berorientasi dengan pasar dan pembaharuan. Laba bukanlah suatu sebab, melainkan suatu akibat dari karya perusahaan didalam pemasaran, pembaruan, dan produktivitas. Produktivitas hanyalah suatu kebutuhan dan juga pembatasan. Perusahaan adalah organ khusus dari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan (Drucker, 1974).

Adapun sasaran perusahaan adalah mengejar efisiensi dan efektivitas untuk mencapai produktivitas yang optimum agar stable growth perusahaan semakin mantap dan kelangsungan hidup perusahaan semakin terjamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar